Mentan : Industri teh hadapi situasi tak kondusif
Industri teh menghadapi situasi kurang kondusif akibat ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan serta jatuhnya harga teh yang berimbas pada menurunnya operasi produsen teh, baik pengusaha kecil maupun perkebunan besar. Demikian diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono dalam Konferensi Inter-Governmental Group on Tea (IGG-on-Tea) ke-16 di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/07/2005).
Situasi tersebut kata Mentan, diperparah oleh isu-isu baru yang muncul dalam bentuk nontarif, seperti ketentuan minimum residual limit (MLR), dan kandungan pestisida, serta kemitraan etikal.
Masalah yang sama juga dibahas dalam International Tea Business Conference (ITBC) yang diselenggarakan di tempat yang sama, 18-19 Juli lalu. Menurut Ketua Asosiasi Teh Indonesia, Insjaf Malik, salah satu masalah dalam industri teh adalah pengelolaan permintaan. ''Terjadi kesenjangan antara yang dituntut dari negara konsumen yaitu Inggris dan AS, dan yang diberikan oleh negara produsen, terutama Kenya, Sri Lanka, India, Cina, Indonesia, dan Vietnam,'' kata Insjaf.
Produksi teh dunia pada 2004 yang mencapai 3,2 juta ton, kata Malik, menunjukkan peningkatan 2 % dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor teh global juga meningkat 4,5 % dengan pasokan sebesar 1,47 juta ton. Oleh karena itu, konferensi yang dihadiri 126 peserta dari 17 negara tersebut merekomendasikan negara produsen agar mendorong peningkatan konsumsi dalam negeri, selain menggarap pasar potensial baru dengan strategi pemasaran tepat guna.
ITBC juga mendesak ditemukannya mekanisme untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan nilai terhadap suplai berlebihan melalui peningkatan nilai produktivitas, kemampuan usaha-usaha kecil, dan mutu produk.
Menyangkut kondisi industri teh di Indonesia, Mentan mengungkapkan bahwa perkebunan teh Indonesia yang dikembangkan sejak abad ke-19 menunjukkan pertumbuhan yang menarik. Wilayahnya telah meluas dengan pertumbuhan 0,8 %, dari 129 ribu hektar (ha) pada 1990 menjadi 143 ribu ha pada 2003. Indonesia bahkan pernah tercatat sebagai negara produsen teh terbesar di dunia pada 2003, dengan total produksi 168 ribu ton. (aiz) (mes)
Sumber : www.agroindonesia.com
22 Juli 2005