29 Aug 2017
JAKARTA – Kendati mendapat penolakan, ekspor minyak sawit ke negara-negara Uni Eropa (UE) pada paruh pertama tahun ini malah mencatatkan kenaikan yang signifikan. Kinerja ekspor minyak sawit yang terdiri dari crude palm oil (CPO), palm kernel oil (PKO) dan turunannya ke Benua Biru selama semester I/2017 mencapai 2,7 juta ton naik sekitar 42% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 1,9 juta ton.
“Kenaikan itu cukup signifikan, mengingat Eropa melancarkan hambatan dagang dengan menerbitkan resolusi Parlemen Eropa Maret lalu,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan dalam keterangan tertulis.
Tak hanya Eropa, Gapki mencatat kinerja ekspor pada semester I/2017 secara umum tumbuh positif. Volume ekspor minyak sawit nasional pada semester I/2017 mencapai 16,6 juta ton atau naik 25% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 12,5 juta ton. Ekspor ke negara-negara tujuan utama juga tumbuh positif kecuali Pakistan. Ekspor semester I ke Pakistan tercatat turun 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dari 1,1 juta ton pada 2016 menjadi 1,05 juta ton tahun ini.
Namun, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester I/2017 tumbuh cukup signifikan, yaitu naik 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Kenaikan ekspor juga terjadi di pasar negara-negara Afrika sebesar 36,5%, Bangladesh 29%, Amerika Serikat 27%, dan China 18%.
Di bagian lain, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia dan Malaysia siap bersinergi memenuhi kebutuhan minyak sawit untuk mendukung kebijakan Pemerintah China menerapkan program biodiesel campuran 5% dengan solar atau B5. “Kami sepakat bersamasama mendorong agar China bisa menggunakan B5 sehingga mengurangi trade deficit dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,” ujar Airlangga, pekan lalu. (rzk)
Sumber : economy.okezone.com
-------------------------------------
Selasa, 29 Agustus 2017
Industri Sawit Masih Hadapi Tekanan Harga
JAKARTA – Industri sawit masih menghadapi tantangan melimpahnya produk nabati lain yang cukup mengganggu harga. Berdasar data yang dipaparkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), volume ekpsor minyak sawit Indonesia (CPO dan PKO (palm kernel oil) serta turunannya, termasuk oleochemical dan biodiesel, mencapai 16,6 juta ton. Kinerja tersebut naik 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 12,5 juta ton.
Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2017 telah mencapai 18,15 juta ton. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan 18,6 persen dibandingkan dengan produksi tahun lalu pada periode yang sama 15,30 juta ton. Produksi semester pertama 2017 masih dipengaruhi El Nino (memanasnya suhu permukaan laut yang mengakibatkan anomali cuaca) tahun lalu sehingga tidak maksimal.
Sepanjang semester pertama 2017, harga CPO bergerak di kisaran USD 650–USD 827.50 per metrik ton. Harga pada Januari cukup menjanjikan dengan rata-rata USD 805.7 per metrik ton.
’Dari sini terlihat adanya dampak kelesuan ekonomi. Harga tersebut terus tergerus seiring dengan lesunya ekonomi global yang mengakibatkan lesunya permintaan dan melimpahnya produksi minyak nabati lain yang membuat harga menjadi murah,’’ kata Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan.
Akhir pekan lalu, pemerintah Indonesia menyatakan akan bersinergi dengan Malaysia untuk mengisi pasokan CPO ke Tiongkok.
’’Kami sepakat bersama-sama mendorong agar Tiongkok bisa menggunakan B5 sehingga mengurangi trade deficit dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,’’ papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang sebelumnya bertemu dengan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong.
Rencana ekspor tersebut mendapat respons positif dari Gapki.
’’Potensi Tiongkok masih sangat besar. Itu peluang bagi kita. Pasar terbesar CPO Indonesia adalah India, Uni Eropa, Tiongkok, dan Pakistan,’’ tegas Tofan Mahdi, juru bicara Gapki.
Selama semester pertama 2017, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama juga tumbuh positif, kecuali Pakistan. Ekspor semester pertama ke Pakistan menurun lima persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau dari 1,1 juta ton pada semester pertama 2016 turun menjadi 1,05 juta ton pada periode yang sama tahun ini. Penurunan juga diikuti negara-negara Timur Tengah yang membukukan 12 persen.
’Lesunya pasar minyak sawit global dipengaruhi melimpahnya produksi minyak nabati lainnya seperti kedelai dan rapeseed,’’ tambah Tofan.
Melimpahnya produksi membuat harga kedelai dan rapeseed turun sehingga minyak sawit yang memang bukan minyak nabati utama di Eropa, Amerika, dan Tiongkok semakin dinomorduakan.
Di sisi lain, produksi minyak sawit Indonesia pada Juni ini masih stagnan dan cenderung sedikit menurun. Produksi pada Juni ini hanya mampu mencapai 3,327 juta ton atau sekitar tiga ribu ton dibandingkan produksi Mei lalu yang mencapai 3,33 juta ton.
Sumber : www.jpnn.com
© Inacom. All Rights Reserved.