JAKARTA - Salah pilar ekonomi yang diandalkan oleh negara itu adalah devisa, baik itu kekayaan sebuah negara dalam bentuk valuta asing (biasanya dalam dolar) dan bisa digunakan untuk transaksi internasional.
Makin tinggi cadangan devisa yang dikantongi negara, maka makin perkasa kekuatan ekonomi sebuah negara.
Mengutip laman Strategi Manajemen, ada 10 industri yang menjadi 10 besar penyumbang devisa bagi negara.
Sumber devisa yang paling utama adalah dari hasil ekspor beragam produk ke luar negeri, kiriman valuta asing dari tenaga kerja kita di luar negeri, dan juga belanja wisatawan asing yang melancong ke tanah air.
Berikut peringkat 10 besar penyumbang devisa terbesar di Indonesia berdasar data terakhir yang disarikan dari BPS dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
1. Devisa Hasil Ekspor Kelapa Sawit – Rp 239 triliun
2. Jasa Parisiwasata (Turis Asing) – Rp 190 triliun
3. Eskpor Tekstil – Rp 159 triliun
4. Ekspor Migas – Rp 170 triliun
5. Ekspor Batubara – Rp 150 triliun
6. Jasa TKI – Rp 140 triliun
7. Ekspor Elektronik – Rp Rp 80 triliun
8. Ekspor Hasil Kayu Hutan – Rp 70 triliun
9. Ekspor Karet – Rp 65 triliun
10. Ekspor Sepatu dan Sandal – Rp 60 triliun
Uniknya dari peringakta ini, ternyata Kepala Sawit dan Karet masih jadi penyumbang devisa terbesar negeri ini, meski saat ini tengah masifnya ekonomi digital, ecommerce, dan industri kreatif.
Kelapa sawit (peringkat 1) dan Karet (peringkat 9) memang dua renewable products primadona negeri ini yang harus terus dipeliharan. Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar 1 dunia, dan produsen karet no. 2 terbesar dunia.
Yang perlu didorong adalah agar terjadi kenaikan produktivitas kelapa sawit per hektar. Saat ini rata-rata produktivitas kebun milik perusahaan modern adalah 20 ton sawit/hektar. Idealnya bisa naik jadi 30 ton.
Lalu juga perlu dikembangkan pengembangan produk turunan yang nilai tambahnya lebih tinggi, daripada sekedar ekspor sawit mentah atau hanya dalam bentuk CPO (crude palm oil).
Jika produktivitas kelapa sawit naik tajam dan pengembangan produk turunan sukses, maka sumbangan devisa dari produk jadul ini bisa makin masif.
Masa depan ekonomi negara itu bukan bergantung pada ekonomi digital dan e-commerce yang katanya serba gemerlap itu, tapi pada dua komoditas andalan ini.