PTPN Benahi Tiga Pabrik Gula
Perusahaan Kesulitan Likuiditas dan Tidak Mendapat Pinjaman dari Bank
Dengan kucuran dana dari Perum Bulog sebesar Rp 141 miliar, PT Perkebunan Nusantara XIV saat ini membenahi tiga pabrik gula di Sulawesi Selatan yang terancam gulung tikar. Pembenahan itu meliputi peremajaan tanaman tebu dan perbaikan mesin yang berusia puluhan tahun.
Sasarannya adalah peningkatan produksi gula dari 27.000 ton per tahun menjadi 30.000-35.000 ton per tahun. Bahkan 80.000 ton per tahun sebagaimana pernah dicapai ketiga pabrik gula itu.
Perum Bulog dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV, yang sudah menjajaki kerja sama sejak tahun 2005, sepakat mengelola bersama tiga pabrik gula (PG), yakni PG Camming dan PG Bone di Kabupaten Bone serta PG Takalar di Takalar. Ketiga pabrik gula tersebut terancam gulung tikar karena mengalami kesulitan likuiditas dan Perum Bulog bersedia menyuntikkan dana Rp 141 miliar untuk menghidupkan kembali pabrik gula itu. Kerja sama tersebut didukung 5.000 karyawan tetap dan tidak tetap serta 6.000 tenaga tebang.
`Kerja sama sejauh ini sudah berjalan. Sebagian dana sudah mulai cair. Saat ini tim yang ditunjuk sudah turun untuk mengetahui berapa produksi tanaman tebu per hektar, berapa banyak tanaman yang akan diganti dan yang masih bisa dipertahankan. Karena, memang inti dari kerja sama ini adalah meremajakan tanaman-tanaman tebu dan memperbaiki mesin-mesin yang sudah tua,` kata A Bahrun, juru bicara PTPN XIV, di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (22/5).
Kesulitan likuiditas
Sebelumnya A Bahrun mengatakan, kerja sama itu dilakukan karena PTPN XIV mengalami kesulitan likuiditas dan perusahaan ini tidak mendapat pinjaman dari bank. Bahkan dua pabrik gula di Bone hingga kini menunggak pajak Rp 3,7 miliar kepada Pemerintah Kabupaten Bone.
Kesulitan yang dialami pabrik gula itu, kata Bahrun lagi, membuat ketiga pabrik gula di Sulsel yang dikelola PTPN XIV tersebut mati suri selama beberapa tahun. Peralatan pabrik dan sarana kerja yang berusia puluhan tahun tak bisa diganti. Area tanam tebu—yang seluruhnya lebih dari 15.000 hektar—hanya bisa digarap sekitar 11.000 hektar. Tanaman tebu yang seharusnya diganti minimal setiap lima tahun, banyak yang dibiarkan sampai berusia 10 tahun.
`Akibatnya, produksi gula dari tiga pabrik itu menurun drastis hingga 27.000-30.000 ton saja setiap tahun. Padahal, pada masa jayanya ketiga pabrik gula itu memproduksi gula hingga 80.000 ton per tahun dan membuat PTPN XIV menjadi pembayar pajak terbesar,` ujar Bahrun.
Dengan produksi hanya 30.000 ton, lanjutnya, jelas PTPN belum bisa mengisi pasar gula Sulsel yang kebutuhannya 120.000 ton setiap tahun. `Rencananya dengan perusahaan patungan nanti, produksi gula akan dikembalikan ke posisi 80.000 ton,` kata Bahrun menambahkan.
PTPN XIV adalah perusahaan negara yang membawahi delapan provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Dua komoditas unggulan PTPN XIV adalah sawit dan gula. Komoditas lainnya yang juga digeluti PTPN XIV adalah karet, kakao, dan kelapa alam.
Dari delapan provinsi, PTPN XIV hanya mengelola tiga pabrik gula, yakni PG Camming, PG Bone, dan PG Takalar, semuanya beroperasi di Sulsel.
Sumber: Kompas