Pelatihan wirausaha asah penciuman bisnis

Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatra Utara 1995 ternyata mempunyai bakat usaha. Saat duduk di bangku SMU, dia sudah berjualan minuman botol dan rokok di stasiun kereta api Medan saat malam hari. Sekolah pun bisa dibayai sendiri.

Setelah menggondol gelar sarjana, Faisal bekerja di PT Asian Agri Medan. Gajinya Rp350.000 per bulan. Pada 1998 dia memilih keluar dan kembali berjualan.

Bagi Faisal hidup berusaha jauh lebih terhormat dibandingkan menjadi karyawan yang diperintah dan diatur waktu. Status karyawan tidak lebih dari memasung bakatnya untuk berwiraswasta.

Selang tiga tahun sebuah tempat di gedung Arca berhasil di sewa untuk mengoperasikan mesin fotokopi pinjaman. Sistemnya bagi hasil, 70% untuk pemilik mesin dan 30% menjadi bagiannya.

Pada usaha fotokopi itu, usaha minuman dan rokok diselipkan sebagai sumber pendapatan lain. Tempat usaha yang dekat dengan universitas membuat bisnisnya lancar. Belum genap setahun berjalan satu unit mesin ditambahkan. Omzet waktu itu Rp1,2 juta per bulan.

Teh botol yang tadinya dijual, diberikan gratis kepada pelanggan yang datang ke tempat fotokopi sebagai ekstra layanan. Mahasiswa dan dosen UMSU pun tersedot ke fotokopi Ciber (Citra Bersama).

Waktu itu, dua karyawan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Medan melakukan survei usaha kecil di sepanjang Jl Gedung Arca Medan. "Saya ditanya omzet per hari. Saya sebut Rp1,2 juta per bulan. Mereka pun menawarkan pinjaman," ujar Faisal.

Ciber mengajukan proposal. Pinjaman cair Rp25 juta berjangka waktu tiga tahun dan bunga 1,4% per bulan. Dana pinjaman itu dibelanjakan untuk dua mesin fotokopi untuk disewakan. Dua fotokopi tersebut menghasilkan omzet Rp2,5 juta per bulan. Utang bisa dilunasi dalam waktu 2,5 tahun.

Ekspansi

Sukses di bisnis fotokopi, Ciber merambah ke usaha warung telekomunikasi (wartel) di lokasi yang sama dengan dua kamar bicara umum (KBU). Dalam dua tahun, wartel berkembang menjadi empat KBU. Omzetnya Rp1 juta per hari.

Masih dilokasi yang sama Faisal mengembangkan rental komputer. Dari sisi pasar, mahasiswa memang membutuhkan komputer. "Kami buka dengan 10 unit komputer dengan enam pengelola."

Tahun lalu, sukses Ciber menarik PTPN III Medan kembali mengucurkan pinjaman Rp40 juta berjangka tiga tahun. Dana itu digunakan untuk membuka gerai fotokopi baru di Jl. Mochtar Basri Medan.

Tapi tempat usaha itu diambil lagi oleh UMSU dan usaha fotokopi kedua pun tutup. Alternatifnya, masih di sekitar kampus UMSU. Di pinggir Jl Mochrar Basri, dia membuka Internet Ciber Pustaka sekaligus usaha fotokopi, serta membangun rumah kos dengan 20 kamar, Wisma Putri Ciber. "Di depan Wisma Putri Ciber saya buka caf?."

Menurut dia, modal pembanguan rumah kos diperoleh dari hasil penjualan sejumlah barang miliknya, seperti mobil, TV dan sepeda motor. Wisma Putri Ciber berhasil membuahkan omzet Rp12 juta per bulan.

Secara keseluruhan omzet grup Ciber mencapai Rp120 juta-Rp130 juta per bulan dengan jumlah karyawan sebanyak 20 orang.

Tahun ini Wisma Putri Ciber-2 akan dibangun dengan 30 kamar. Lantai 2 dan 3 untuk asrama putri, sedangkan lantai dasar menjadi tempat usaha fotokopi, wartel, Internet, dan cafe. Kebutuhan investasinya mencapai Rp200 juta - Rp250 juta.

Anak pensiunan lurah ini kembali mempercepat pelunasan dan mengajukan pinjaman yang lebih besar untuk meningkatkan usaha. Baginya, banyak manfaat menjadi mitra binaan BUMN.

Selain pinjaman lunak, "Saya beberapa kali mengikuti pelatihan wirausaha. Sejak itu penciuman bisnis saya jauh lebih tajam dan terarah," ujar Faisal.