07 Apr 2015
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno ingin mempertahankan pabrik gula milik perseroan yang saat ini jumlahnya mencapai 50. Pernyataan itu sekaligus menjawab permintaan Kementerian Perindustrian yang menginginkan agar pabrik gula dikurangi.
Menurut Rini, penutupan pabrik gula tidak bisa dilakukan begitu saja. Namun, harus dilihat seberapa berperannya pabrik tersebut untuk masyarakat.
"PG (pabrik gula-red) saat ini banyak yang sudah tua, tetapi juga harus dilihat banyak PG yang berbasis tebu rakyat dan kami harus memikirkan rakyat," ungkap Rini saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/4).
Rini mengatakan, daripada menutup, pabrik yang dianggap kurang maksimal harus dikembangkan. Caranya ialah dengan melakukan peremajaan peralatan yang dinilai sudah uzur.
"Saya harapkan PG yang berbasis tebu rakyat harus dikembangkan dan revitalisasi. Revitalisasi berarti rendemen ditingkatkan. Alatnya dimodernisasi. Sehingga menghasilkan gula yang lebih baik dan bibit dari petani tebu ditingkatkan agar produksinya meningkat," tambah Rini.
Menurut rencana, Rini bakal bertemu asosiasi tebu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur bersama direksi PTPN. "Karena mereka selama ini berhubungan langsung dengan pabrik gula, nanti kami akan bicarakan dengan mereka," tegas Rini. (chi/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2015/04/06/296428/Pabrik-Gula-BUMN-Diminta-Dikurangi,-Ini-Usul-Menteri-Rini+++++++++++++
Tak Efisien, Pabrik Gula BUMN Harus Dikurangi
JAKARTA - Kementerian Perindustrian meminta perusahaan pelat merah mengurangi jumlah pabrik gula yang dikelolanya. Pasalnya, banyaknya pabrik gula yang dimiliki BUMN justru dinilai tidak efisien.
Menteri Perindustrian Saleh Husein mengatakan, pabrik gula BUMN rata-rata memiliki kapasitas yang relatif kecil. Yakni, tidak lebih empat ribu ton tebu per hari. Sementara, kebutuhan gula nasional saat ini mencapai 5,7 juta ton.
Rinciannya ialah 2,8 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) untuk konsumsi masyarakat dan 2,9 juta ton Gula Kristak Rafinasi (GKR) untuk memenuhi kebutuhan industri. Nah, demi efisiensi, pihaknya mendorong pengurangan jumlah pabrik gula milik BUMN.
"Saat ini di Indonesia GKP diproduksi oleh 62 pabrik gula, terdiri dari 50 pabrik gula BUMN dan 12 pabrik gula swasta," ujar Saleh saat rapat kerja bersama Kementerian BUMN di Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (6/4).
Saleh menambahkan, mesin-mesin yang digunakan sudah berumur tua. Mesin-mesin itu mayoritas berusia di atas 100 tahun. Selain itu, jumlah karyawan juga dianggap kurang efisien.
"Banyaknya jumlah karyawan menyebabkan efisiensi dan mutu gulanya relatif rendah karena hanya beroperasi sekitar 150 hari dengan jumlah karyawan mencapai seribu," sebutnya.
Dia menegaskan, pihaknya akan mendorong peningkatan produksi dan kualitas gula yang lebih baik. Salah satunya melalui pembangunan pabrik gula baru yang diarahkan di luar Pulau Jawa dengan kapasitas minimal 10 ribu ton tebu per hari. (chi/jpnn)
© Inacom. All Rights Reserved.