KPBN News

Produksi Kakao Terus Ditingkatkan

Penyuluh Petani Disediakan Gratis
Produksi kakao Indonesia ditargetkan akan terus meningkat dari 450.000 ton menjadi 900.000 ton per tahun selama lima tahun. Target ini bisa dicapai jika pemangku kepentingan menyediakan penyuluh pertanian profesional untuk meningkatkan kemampuan petani mengenai kakao.
`Rendahnya produktivitas dan mutu kakao merupakan persoalan mendasar di tingkat petani. Karena itu, kita ingin seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) kakao ikut menyediakan tenaga penyuluh pertanian profesional untuk melakukan proses alih teknologi kepada petani sehingga produktivitas dan mutu kakao meningkat,` kata Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Halim Abdul Razak di Jakarta, Senin (22/5).

Tahun ini, Askindo meluncurkan program Kemitraan Kakao Berkelanjutan (Sustainable Cocoa Partnership/SCP) yang akan menyediakan 900 penyuluh profesional untuk 900.000 hektar kebun kakao di seluruh Indonesia selama lima tahun. Program ini dibiayai para pemangku kepentingan kakao, seperti asosiasi, eksportir, dan perkebunan besar.

Setiap penyuluh yang ditugaskan wajib meningkatkan produktivitas kakao petani, sedikitnya satu ton per hektar per tahun. Selain bertanggung jawab terhadap 1.000 hektar kebun kakao di satu kecamatan, setiap penyuluh juga harus memberdayakan petani dengan membentuk sebuah lembaga berorientasi profit di kelompok dampingannya. Lembaga ini yang akan membiayai penyuluh setelah lima tahun program berjalan. Diharapkan, seluruh pemangku kepentingan ikut program kemitraan mulai tahun ini.

Peningkatan produktivitas menjadi 900.000 ton diyakini bisa mendorong petani melakukan fermentasi kakaonya. Daya serap kakao tak berfermentasi di pasar dunia hanya 600.000 ton per tahun, sedangkan produk berfermentasi bisa 2,7 ton.

`Efek berantai peningkatan produktivitas adalah petani akan belajar meningkatkan kualitas kakaonya agar tetap terserap pasar,` kata Halim.

Menteri Perdagangan Mari E Pangestu mengatakan harus ada program aksi sebelum dan sesudah panen, perbaikan pengolahan, dan nilai tambah kakao. `Dengan cara ini, kita bisa melahirkan program terintegrasi sehingga harga kakao kita di pasar dunia bisa menjadi lebih baik,` kata Mari.
Sumber: Kompas