KPBN News

PENJUALAN TEH PTPN : Pasar Ekspor Jadi Pendorong

JAKARTA — PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, anak usaha holding perkebunan untuk distribusi komoditas, menargetkan penjualan teh tahun ini naik 20% seiring dengan upaya perluasan pasar ekspor yang dilakukan perseroan.
Dengan demikian, PT KPBN mengincar penjualan sebanyak 52.000 ton tahun ini. Target ini seiring dengan semakin baiknya angka produksi teh kelolaan induk perusahaan PT KPBN yakni PT Perkebunan Nusantara III (holding perkebunan), serta adanya target perluasan pasar ekspor. Direktur Operasional KPBN Ery Erwin Efendi menyebutkan pihaknya akan semakin fokus menggarap pasar ekspor baik yang sudah ada maupun yang baru akan digarap sepanjang 2018.
PT KPBN memasang target ekspor sebesar 17.457 ton atau 33% dari total target penjualan tahun ini. Angka ini naik 10% dari realisasi ekspor tahun lalu yang mencapai 15.870 ton. “[Untuk] 2018, dengan volume yang meningkat kita akan membuka pasar baru. Sebagian pasar itu sebenarnya sudah ada lama, tetapi tidak direct,” kata Eri ketika dihubungi Bisnis, Selasa (13/2). Dia menjelaskan, teh Indonesia sebenarnya telah lama diekspor ke sejumlah pasar seperti Malaysia dan Pakistan. Namun, ekspor tersebut kebanyakan dilakukan oleh para trader yang membeli teh dari pelelangan atau Jakarta Tea Auction (JTA). Ke depannya, pihaknya berniat untuk bisa mengisi pasar ekspor tersebut secara langsung tanpa harus melalui pelelangan di dalam negeri.
Adapun untuk pasar baru, PT KPBN akan menyasar sejumlah destinasi ekspor seperti sejumlah negara di Asia Selatan, negara-negara anggota CIS [persatuan negara merdeka/pecahan Uni Soviet], serta Afrika. Penjualan ke pasar ini ditargetkan mencapai 700 ton—1.000 ton tahun ini. Selain itu, menurut Ery, pihaknya juga telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara lain, seperti Dubai, India, dan Pakistan yang juga dibidik sebagai pasar direct untuk ekspor teh KPBN. Perseroan juga akan memantapkan pasar Eropa yang belakangan melemah akibat dihantam isu batas antrakuinon. Menurut Ery, sebagian produk the kelolaan induk usaha perusahaan dari Jawa Barat telah memenuhi persyaratan kadar antrakuinon sesuai yang ditetapkan pihak Uni Eropa. Ery menjelaskan pencapaian angka tersebut akan didorong oleh peningkatan produksi dan yang terpenting mutu teh dalam negeri. Pasalnya, menurut Ery, teh Indonesia yang selama ini diekspor ke luar negeri oleh para trader masih kalah dalam hal mutu dibandingkan dengan produksi dari negara penghasil besar lainnya seperti India, Sri Lanka, Kenya, dan Turki. Selain perluasan pasar ekspor, serapan pasar dalam negeri pun diprediksi turut naik. Ery menceritakan bahwa konsumsi teh dalam negeri selama ini memang tinggi. Pada tahun ini, volume penjualan di dalam negeri ditargetkan meningkat 26,85% menjadi 34.543 ton. Ery menjelaskan bahwa saat ini konsumen teh Indonesia rata-rata masih lebih meminati black tea berjenis orthodox yang masih menggunakan campuran antara teknik manual dan mesin dalam pemrosesannya.

KUALITAS
Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian produksi teh dalam negeri untuk tahun ini diprediksi akan meningkat menjadi 140.084 ton dengan luas lahan tanam mencapai 113.808 hektare (ha). Angka ini meningkat hanya 0,52% dibandingkan dengan angka produksi sementara pada tahun lalu. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengakui, kendati bertumbuh, peningkatan produksi teh dalam negeri yang tak sampai 1% dibandingkan dengan tahun lalu tersebut memang sangat kecil. Namun, dia menyampaikan bahwa peningkatan produksi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pasar internasional serta mutu teh dalam negeri agar permintaan bisa semakin meningkat. “Ya memang masih kecil tapi kita arahkan ke kualitas. Masih ada peningkatan tapi kan kita pertimbangkan juga kebutuhan pasar internasional,” katanya.
Oleh karena itu, Indonesia juga harus bisa meningkatkan citra yang diikuti dengan promosi tehnya di luar negeri. Namun, sebelum hal tersebut terwujud, perbaikan citra teh perlu dimulai dari dalam negeri sendiri salah satunya dengan menggenjot kualitas dan konsumsi lokal. Untuk itu, pihaknya mendorong adanya kerja sama swasta atau industri dengan para petani teh rakyat demi memajukan kualitas teh dalam negeri. Selain itu, pihaknya juga akan menyalurkan bantuan untuk peremajaan teh di perkebunan rakyat. Tahun ini, kata Bambang Kementerian pertanian akan menyalurkan dana sebesar Rp6,7 miliar untuk intensifi kasi 215 ha perkebunan teh di 1 kabupaten/kota dan rehabilitasi 1.000 ha di 7 kabupaten/kota dari 2 provinsi. [juli.etha@bisnis.com]
sumber:http://koran.bisnis.com/read/20180214/452/738418/penjualan-teh-ptpn-pasar-ekspor-jadi-pendorong