16 Oct 2014
Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi, menjelaskan bahwa lima tahun terakhir ini Amerika Serikat tumbuh di kisaran 2 persen. Namun, pada tahun ini, pertumbuhan ekonominya diperkirakan lebih rendah dari dua tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat ditaksir hanya di kisaran 1 persen. Pertumbuhan ekonomi di Eropa sedikit positif, setelah sebelumnya selalu negatif. Ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 0,3-,4 persen. Sementara itu, walaupun PM Shinzo Abe menargetkan pertumbuhan 2-3 persen, Jepang masih diperkirakan tumbuh hanya di kisaran 1 persen.
"Di saat major economy mengalami kondisi seperti itu, Asia kuat. Asia itu bisa tumbuh 6,2-6,5 persen, walaupun tidak ada bantuan dari AS, Eropa, dan Jepang. Alasannya, Tiongkok, India, Indonesia, Korea Selatan, Asia-10 itu sudah hampir sama dengan Amerika Serikat," kata dia dalam diskusi bertajuk "Ekonomi dalam Ancaman Sandera Politik", Kamis (16/10/2014).
Gundy mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen, Asia nyata-nyata menjadi penggerak ekonomi global. Walaupun banyak yang mengkhawatirkan bahwa ekonomi Tiongkok akan menunjukkan perlambatan, yang pada tahun ini diperkirakan hanya 7,5 persen, ukuran ekonomi negeri itu sudah jauh lebih besar.
"Walaupun hanya tumbuh segitu, dampaknya besar ke global karena size Tiongkok sangat luar biasa besar. Satu provinsi hampir 900 miliar dollar AS. Jadi, walaupun melambat, bukan berarti Asia tidak akan lebih signifikan. Intinya ini akan tetap didorong oleh Tiongkok," ujar Gundy.
Riset DBS menunjukkan, Asia-10 akan menciptakan permintaan baru 1 triliun dollar AS per tahun berkat pertumbuhannya yang mencapai 6,25 persen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, permintaan baru yang tercipta menunjukkan pertumbuhan, dan sebesar 72 persen disumbang dari Tiongkok.
Sementara itu, tiga kontributor terbesar lainnya adalah India (12 persen), Indonesia (12 persen), dan Korea Selatan (4 persen). Kalkulasi ini menempatkan Asia sebagai penggerak pertumbuhan global 2,5 kali lebih besar dari AS.
Asia diperkirakan akan menciptakan "zona Eropa" pertamanya pada 2023, kedua pada 2031, dan ketiga pada 2038. Pada saat itu, PDB Asia akan mencapai sekitar 54 triliun dollar AS.
Penulis : Estu SuryowatiEditor : Bambang Priyo Jatmikohttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/10/16/142725726/Dipimpin.Tiongkok.Asia.Jadi.Pemimpin.Pertumbuhan.Ekonomi.Global++++++++++++++++++© Inacom. All Rights Reserved.