17 Jul 2006
Sedangkan harga CPO pada pekan lalu di bursa berjangka Malaysia ditutup naik tujuh ringgit menjadi 1.498 ringgit (US$408) per ton. Peningkatan harga komoditas ini dipicu kenaikan harga minyak dunia hingga sempat menyentuh level tertinggi dalam sejarah US$78,40 per barrel.
"Secara fundamental, kalau harga minyak naik, harga CPO akan bullish juga. Tapi, berdasarkan tekhnikal, harga CPO sudah over bought, sehingga akan turun dalam dua hari ini," kata Chief Analyst PT Platon Niaga Berjangka Asep Risman kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Menurut Asep, peluang koreksi harga komoditas ini masih belum terlihat. Hal itu, lanjut dia, dipengaruhi masih berlanjutnya tren kenaikan harga minyak dunia, menyusul serangan Israel ke Lebanon hingga menimbulkan ketegangan politik di Timur Tengah.
"Minyak dunia rentan terhadap isu geopolitik. Jadi harga minyak bisa tembus US$80 per barrel. CPO adalah subtitusi terdekat dari BBM. Jadi, penentu naik tidaknya harga CPO lebih banyak karena faktor fundamental," kata Asep.
Dia merekomendasikan untuk menanamkan modal untuk kontrak CPO jangka pendek hingga Agustus. Investor disarankan mengambil posisi beli komoditas ini di level harga 1.480 ringgit-1.490 ringgit (US$403-US$406) per ton.
Sedangkan untuk jangka panjang (kontrak CPO untuk pengiriman Oktober) disarankan untuk melakukan posisi jual di atas 1.550 ringgit (US$422) per ton.
"Sepanjang September-Oktober biasanya panen raya kelapa sawit. Ssebelumnya pada periode Agustus-September cuaca jelek. Sehingga, dalam kondisi ini permintaan CPO bakal naik, sementara produksi turun," kata dia.
Asep melanjutkan, saat ini di pasar terdapat beberapa faktor lainnya yang berpengaruh negatif terhadap harga CPO, pertama, harga BBM dunia turun.
Kedua, stok CPO Malaysia yang berada di atas 1 juta ton dan pelemahan nilai tukar rupiah.
© Inacom. All Rights Reserved.