31 Jan 2017
Mengelola 14 perusahaan perkebunan negara dengan jumlah karyawan 139 ribu orang, bukanlah pekerjaan gampang. Elia Massa Manik mendapatkan tugas dari Rini Soewandi, Menteri BUMN untuk memperbaiki kinerja yehatkan holding BUMN Perkebunan yang sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara III (Holding).
“Tahun lalu, pendapatan kami sekitar Rp 37 triliun. Tapi mengalami rugi sampai Rp 615 miliar,” ujar Elia Massa Manik.
Setelah mengkaji kinerja PTPN I sampai PTPN XIV, kata Elia Massa, dalam Rapat Pemegang Saham diputuskan menjalankan restrukturisasi. Tujuannya menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam semua aspek. Restrukrisasi berjalan untuk semua bidang tidak hanya keuangan saja. Pasalnya, holding membayar bunga sebesar Rp 12,5 miliar per hari.
“Itu sebabnya perbaikan PTPN menjadi bagian tugas kita semua. Ujung-ujungnya, apabila PTPN ini sehat dan tanaman tegak berseri-seri pasti kita lebih sejahtera,” jelasnya.
Di tangan Elia Massa Manik, jumlah direksi PTPN dipangkas maksimal tiga direksi. Sebelumnya, satu PTPN dapat mempunyai empat sampai lima direktur.
Elia mengambil contoh di perkebunan swasta nasional jumlah direksi maksimal dua orang. “Sedangkan di PTPN, direksi bisa berjumlah lima orang. Saya lebih suka bicara memberesi produktivitas baru orang. Pergantian direksi bersumber dari internal, jadi kita ambil yang terbaik,” ujarnya.
“Kita harus berubah dari top management. Pemimpin itu menjadi role model jika role model baik maka proses percepatan jauh lebih cepat,” ujarnya.
Lalu, bagaimana strategi Elia membawa holding BUMN Perkebunan menjadi world class company? Berikut ini petikan wawancara tim redaksi Majalah SAWIT INDONESIA setelah pergantian direksi PTPN I sampai XIV di Jakarta, pada pertengahan Juli:
Dalam pandangan Bapak, pembenahan apa saja yang akan menjadi prioritas bapak untuk meningkatkan kinerja BUMN perkebunan?
Saat ini secara rata-rata dibandingkan swasta, biaya produksi masih lebih tinggi 35 persen dari swsata. Ini yang harus dibenahi. Penyebab biaya produksi tinggi karena produktivitas masih rendah. Dalam pandangan saya, pengelolaan cost dimanapun sama. Dua hal ini menjadi perhatian kami.
Pembenahan dimulai dari memperbaiki struktur orang pada umumnya. Di swasta nasional, jumlah direksi kalau mengurus perkebunan paling banya dua orang tetapi selama ini direksi PTPN sampai lima orang. Oleh karena itu, kami efisienkan jumlah direksinya. Saya lebih suka bicara produktivitas dulu baru kelebihan orang.
Makanya, perubahan dimulai dari top management. Biar bagaimanapun leader menjadi role model. Dengan memperbaiki role model, saya yakin proses percepatan dan perbaikan jauh lebih cepat baru kita paralel membangun sistem. Makanya, kita akselerasi proses integrasi sistem pada akhirnya dapat dilakukan kontrol dengan integrated sistem. Yang mengurusnya adalah Telkom. Sudah diberikan kontraknya diharapkan dalam satu tahun lagi sistem terintegrasi. Sehingga pak wahyu (red-Deputi Kementerian BUMN) bisa monitoring. Dari 14 PTPN, baru satu yaitu PTPN X yang punya sistem SAP terimplementasi dengan baik.
Nantinya, sistem akan kami bangun dari bawah. Jadi, tiap manajer itu bertanggungjawab terhadap untung ruginya kebunnya. Untuk itu, kami akan lakukan perubahan sistem dengan segera.
Sebelum diserahkan jabatan Direktur Utama PTPN 3 Holding, apa target dari Menteri BUMN kepada Bapak ?
Buat sehat.
Bagaimana cara menyehatkan PTPN ?
Dalam pembenahan industri agro mesti ditempuh tiga langkah bersamaan yaitu usaha hulu, medium dan hilir. Di sektor upstream (hulu) harus efisien. Down stream (hilirisasi) akan berhasil juga upstrem efisien. Ini tantangan dalam menjalankan holding agro. Apabila tidak bisa efisien forget it, Hilir akan mati. Saat ini, 95 persen PTPN bergerak pada di hulu dengan dominasi industri kelapa sawit, maka yang perlu dikejar dan digenjot dari sisi kapasitas.
Apakah mungkin perbaikan produktivitas dilakukan secepat mungkin?
Produktivitas bisa diperbaiki dalam waktu tiga tahun. Berbicara sawit bahwa produktivitas tinggi dipengaruhi bibit dan kerapatan tanaman misalkan tanaman kita jumlah 120 pohon per hektar tetapi perusahaan lain bisa 130 pohon per hektar, jelas produktivitas beda. Lalu, komposisi umur tanaman untuk replanting dilakukan dengan konsisten
Saya baru tiga bulan menjabat dan ada program pemeirntah untuk meningkatkan produktivitas petani tebu rakyat. Dalam lima tahunini lahan tebu rakyat turun 5% sehingga produksi turun. Kita rangsang produktivitas dan PTPN harus tambah lahan tebu. Jika ingin swasembada dan stabilisasi harga maka harus lakukan itu.
Contoh kakao, lahan PTPN dari awalnya 20 ribu hektar sekarang tinggal 3 ribu hektar. Mungkin waktu itu harga tidak bagus dan serangan hama. Makanya perlu strategi tanamanyang baik karena kita tidak bisa konversi tanaman sembarangan. Dlaam lima tahun terakhir, harga coklat yang bagus adalah kakao tapi terlanjut dikonversi, ini pembelajaran yang harus diperbaiki.
© Inacom. All Rights Reserved.