01 Aug 2006
Harga minyak kelapa sawit ini sudah naik 12% dibandingkan dengan posisi terendah 1.465 ringgit per ton pada 24 Mei.
Kenaikan harga ini, menurut Reuters, didorong peningkatan ekspor CPO Malaysia sebesar 11,3% sepanjang Juni. Ekspor komoditas negara ini naik dari posisi awal Juni 1,10 juta ton menjadi 1,22 juta ton pada akhir bulannya.
Menurut salah seorang pedagang di bursa berjangka Malaysia, ekspor CPO dari negara ini membaik seiring dengan peningkatan pembelian. "Ini pertanda persediaan akan menurun."
Volume perdagangan minyak kelapa sawit di bursa berjangka Malaysia mencapai 7.170 lot (satu lot setara dengan 25 ton CPO).
Di pasar fisik, harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman Agustus mencapai 1.575 ringgit per ton. Harga komoditas ini ditawarkan pada posisi 1.570 ringgit per ton.
Sebelum penutupan pasar kemarin, harga komoditas itu sempat menyentuh level 1.635 ringgit (US$447) per ton.
Harga CPO ini diperkirakan terus naik seiring bertambah permintaan komoditas itu untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif . Untuk memenuhi kebutuhan komoditas ini Malaysia diketahui memesan CPO dari Indonesia, khususnya melalui PT Astra Agro Lestari.
"Permintaan CPO untuk biodisel ini akan mendongkrak harga komoditas ini," kata Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk Julie Syaftari.
Enggan hedging
Sementara itu, terkait dengan aktivitas aksi lindung nilai CPO, menurut pelaku pasar, belum marak dilakukan di Indonesia karena belum likuidnya pasar berjangka komoditas tersebut.
"Kami belum berani mencoba bertransaksi [lindung nilai] di bursa berjangka, takut kepleset. Kami belum piawai untuk urusan itu. Sekarang, kami masih aktif di perdagangan fisik saja, antara penjual dan pembeli," ujar dia.
Sehingga, karena kondisi itu perseroan tidak melakukan antisipasi jika terjadi penurunan harga CPO. Perusahaan hanya melakukan diversifikasi produk. "Yang tadinya mayoritas kebun ditanami kelapa sawit, dalam waktu 10-15 tahun ke depan akan diganti dengan komoditas karet."
Menyinggung keengganan Astra Agro Lestari melakukan hedging, hal itu diakui Direktur PT Bursa Berjangka Jakarta Jahja W. Sudomo. "AALI memang tidak hedging di BBJ. Karena mereka sudah lebih untung dengan bertransaksi langsung CPO di pasar fisik."
© Inacom. All Rights Reserved.