Broker gula tunda spekulasi
Janji pemerintah mengamankan harga eceran gula di Rp6.000 per kg di Jawa dan Rp6.200 per kg di luar Jawa membuat para broker gula nasional berpikir dua kali untuk melakukan spekulasi kembali, sekurang-kurangnya hingga September 2006.
Satu broker gula di Jakarta mengatakan penegasan yang dicapai dalam pertemuan Surabaya Senin itu datang tepat jelang melimpahnya produksi gula lokal yang dipercaya membanjiri pasar nasional mulai akhir Juni 2006.
`Kami lihat massage-nya jelas. Harga pantas akan diamankan. Harga pasti turun. Beberapa teman [broker] kelihatan mulai berpikir untuk spekulasi lagi. Mungkin semua akan tunggu sampai Agustus atau September.`
Agustus-September adalah bulan di mana harga gula, baik domestik maupun internasional, biasa bergolak. Pada September biasa menjadi bulan puncak giling nasional. Tapi, saat itu hampir semua stok gula sudah dimiliki pedagang, sehingga pasokannya bisa dimainkan.
Ini broker yang terlibat dalam transaksi lelang 10.000 ton gula di PTPN II Medan seharga Rp5.600 per kg beberapa pekan lalu. Pencapaian tersebut, dengan volume lumayan besar, telah mengejutkan pelaku gula nasional.
Pencapaian di PTPN II Medan dinilai juga memengaruhi bentukan harga lelang di PT Gunung Madu Lampung Rp5.475 per kg, PTPN IX Semarang Rp5.570 per kg, PTPN X Surabaya Rp5.625 per kg, dan PTPN XI Surabaya Rp5.545 per kg.
Hampir semua pelaku pergulaan menilai kisaran harga Rp5.550-Rp5.600 per kg di tingkat lelang itu terlalu tinggi. Sebab, harga patokan pembelian yang ditetapkan pemerintah saja hanya Rp4.800 per kg. Jadi, ada selisih Rp800-an per kg di rantai pertama.
Satu broker lain di Jakarta-broker ini biasa bekerja sama dengan 'delapan samurai', sebutan untuk para pedagang mitra PT RNI, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI-juga menginformasikan hal senada.
Menurut dia, sangat kecil kemungkinan pasar akan bereaksi positif hingga mendorong para pedagang berebut stok yang pada gilirannya menaikkan harga. `Kecuali mungkin harga gula internasional bergolak kembali.`
Sumber: Bisnis Indonesia