KPBN News

Produksi gula tetes PTPN II capai 45.000 ton

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II Tanjung Morawa Sumut tahun ini mampu menghasilkan gula tetes (molases) sebesar 45.000 ton, sementara sebagian besar dari produksi gula tetes tersebut sudah laku terjual.
Pelaksana Dirut PTPN II Tanjung Morawa Bhatara Moeda Nasution ketika dihubungi per telepon membenarkan bahwa tahun ini produksi gula tetes (molases) yang dihasilkan BUMN perkebunan itu sekitar 45.000 ton.

`Sebagian besar dari produksi tersebut sudah terjual dengan harga US$100,45 per ton atau Rp960 per kilogram. Harga gula tetes produksi PTPN II termasuk bagus,` ujarnya menjawab Bisnis, kemarin.

Menurut dia, produksi gula tetes tahun ini (45.000 ton) termasuk tinggi dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya sekitar 35.000 ton. `Ada peningkatan produksi gula tetes seiring dengan meningkatnya produksi gula PTPN II menjadi 55.000 ton,` tuturnya.


Hasil sampingan produksi gula pasir tersebut, lanjut dia, merupakan pemasukan tambahan bagi PTPN II dari produksi gula. Biasanya, kata dia, gula tetes dijual di pasar internasional lewat pedagang perantara.

Bhatara mengakui harga gula tetes produksi PTPN II tahun ini termasuk bagus (US$100,45 per ton) karena berada di atas harga rata-rata US$80 per ton. `PTPN II termasuk mendapatkan harga premium tahun ini,` tandasnya.

Dia optimistis masa giling tebu sekitar sebulan lagi bakal mampu menghasilkan gula tetes hampir sama dengan produksi gula pasir. `Realisasi produksi gula tetes sudah mencapai 45.000 ton,` tuturnya.

PTPN II mengoperasikan dua unit pabrik gula di Sumut dengan kapasitas produksi 80.000 ton ton per tahun. Produksi ikutan gula pasir berupa gula tetes yang pangsa pasarnya relatif besar di dalam negeri. Bahan baku kimia tersebut, sangat vital dan menjadi rebutan sejumlah industri nasional.

Bhatara mengakui menjual gula tetes produksi PTPN II tidak sulit. Belum selesai masa giling saja, kata dia, sudah ada yang memesan produksi gula tetes PTPN II.

Pangsa pasar gula tetes di Indonesia relatif besar, sedangkan pasok yang tersedia masih minim. Sejauh ini dia tidak menyebutkan angka kebutuhan molases di Indonesia saat ini.
Sumber: Bisnis Indonesia