21 Oct 2014
"Satu dasawarsa belum ada perkembangan signifikan, biaya logistik kita masih sangat boros. Biaya logistik tidak turun tiga tahun terakhir," kata Carmelita, di Jakarta, Selasa (21/10/2014).
Sementara itu, empat negara tetangga jauh lebih efisien, yakni Singapura, Malaysia, Vietnam, serta Thailand. Menurut Ketua Umum INSA itu, hal itu disebabkan buruknya infrastruktur, minimnya alat angkut, serta regulasi yang belum pro bisnis.
"Kondisi ini memunculkan kekhawatiran, ketika pasar bebas AEC nanti, Indonesia hanya akan jadi penonton," sebut dia.
Sugihardjo, Staff Ahli Bidang Logistik dan Multimoda Perhubungan, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, mengatakan, meski peringkat logistik meningkat, namun biaya logistik RI memang tidak efisien, yakni 24,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Contohnya, biaya logistik di darat dari Cikarang menuju Priok dengan jarak tempuh 55,4 kilometer sekitar 600 dollar AS per kontainer, dengan waktu sekitar 3-4 jam. Sementara itu, dengan jarak tempuh yang hampir sama yakni dari Pasir Gudang hingga Tanjung Pelepas Malaysia (56,4 km), biayanya hanya 450 dollar AS per kontainer, dengan waktu tempuh 1-2 jam.
Contoh lain, biaya laut dari Padang menuju Tanjung Priok sebesar 600 dollar AS per kontainer. Namun, biaya laut dari Singapura ke Tanjung Priok Jakarta hanya 185 dollar AS per kontainer.
Sugihardjo menuturkan, sebenarnya pemerintah memiliki peta jalan untuk memperbaiki sistem logistik RI yakni dengan Sislognas, dengan dikeluarkannya Perpes 26 tahun 2012. Namun menurutnya, dokumen Sislognas yang bagus secara akademik dan implementasi tersebut, hingga saat ini belum mampu dieksekusi.
Penulis : Estu SuryowatiEditor : Erlangga Djumenahttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/10/21/120200926/PR.Jokowi-JK.di.Bidang.Logistik.Biaya.yang.Mahal+++++++++++++++© Inacom. All Rights Reserved.