15 Jun 2006
"Perkebunan rakyat itu dibuka dan dikelola tanpa ada kontrol. Sejumlah kebun kelapa sawit milik rakyat bahkan dibuka di daerah tangkapan air. Mereka tidak mengenal amdal (analisis mengenai dampak lingkungan)," kata Kepala Bidang Penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Luqman Erningpraja, Rabu (14/6) di Medan.
Selama ini proses amdal sebagian besar hanya dilakukan oleh perusahaan perkebunan besar, baik milik negara maupun oleh swasta. Namun, Luqman tidak menampik fakta bahwa sejumlah perusahaan besar juga kerap nakal mengelola lahan perkebunan kelapa sawit.
"Perusahaan-perusahaan besar yang nakal lebih mudah dipantau daripada lahan perkebunan milik rakyat. Upaya yang bisa kami lakukan adalah memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pola penanaman lahan kelapa sawit yang benar," kata Luqman.
Mestinya, lahan kelapa sawit yang ideal berada di ketinggian lahan 500 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu udara minimal 18 derajat, harus mempunyai lapisan humus lebih dari 50 sentimeter, dan memiliki curah hujan minimal 100 milimeter per hari. "Sayangnya, syarat-syarat ideal ini hampir tidak diterapkan di lahan milik perkebunan rakyat," tuturnya.
Ia mengatakan, perkebunan rakyat lebih banyak dilakukan karena faktor ingin meniru, bukan karena pertimbangan kelayakan menanam kelapa sawit. Mereka, kata Luqman, tidak peduli di mana lahan berada karena yang penting membuka lahan sawit dan menghasilkan uang.
Menurut Luqman, pembukaan lahan berbasis pada pelestarian lingkungan akan diterapkan pada rencana peremajaan dan perluasan lahan kebun kelapa sawit seluas 1,5 juta hektar lima tahun ke depan. Pemerintah sudah menyiapkan dana untuk peremajaan dan perluasan lahan sebanyak Rp 35,28 triliun. Diperkirakan, untuk perluasan dan peremajaan kelapa sawit memerlukan anggaran sekitar Rp 7 triliun per tahun.
Peneliti PPKS Tjahjono Herawan mengatakan, pola tanam yang tidak ideal tidak saja mengancam kelestarian lingkungan, namun juga memengaruhi pula produktivitas minyak sawit. Di Indonesia rata-rata produksi minyak sawit 3,6 juta ton per hektar per tahun. Sementara potensi yang bisa dikembangkan mestinya bisa mencapai 7-8 ton per hektar per tahun.
© Inacom. All Rights Reserved.