04 Jul 2006
"Terus terang, ego sektoral jadi penghambat utama dalam proses investasi perikanan di Indonesia. Lihat saja pemerintah daerah, hanya utamakan perolehan pendapatan asli daerah sebanyak-banyaknya tanpa memberi insentif kepada investor atau menyediakan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, listrik, air bersih, dan lain sejenisnya. Begitu pula dengan pemerintah pusat," kata Ketua Umum Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) Eddy Yuwono di Jakarta, Senin (3/7).
Target penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama tahun 2001-2006 sebesar Rp 82,31 triliun, sedangkan penanaman modal asing (PMA) sebanyak 26,84 miliar dollar AS. Namun, realisasi hingga 31 Mei 2006 belum mencapai satu persen.
Menurut Eddy, penggalangan investasi perikanan yang dilakukan pemerintah cukup optimal. Misalnya, pencanangan program revitalisasi. Bahkan, dirumuskan pula langkah untuk meningkatkan produksi berbagai komoditas unggulan perikanan. Namun, hal itu tak didukung dengan kebijakan yang menciptakan iklim investasi lebih kondusif, seperti permodalan, insentif pajak, dukungan tenaga listrik, air bersih, pembangunan jalan, jembatan, dan lain sebagainya.
"Sampai saat ini tenaga listrik di berbagai daerah potensi perikanan begitu minim. Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat tidak tercukupi, apalagi untuk mendukung industri perikanan. Kalau tak tersedia listrik jangan berbicara tentang investasi," tegas Yuwono.
Kepala Pusat Statistik, Data dan Informasi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Aji Sularso mengakui bahwa pembangunan perikanan nasional masih mengabaikan pendekatan integralistik. Artinya, setiap instansi, termasuk antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tidak memiliki visi serta program yang sama dalam membangun sektor perikanan.
"DKP boleh saja merumuskan dan mendorong percepatan pembangunan perikanan, tetapi kalau tidak didukung permodalan dari perbankan, insentif pajak dari Departemen Keuangan, tenaga listrik dari PLN, jalan dan jembatan dari Departemen Pekerjaan Umum, maka semuanya bisa mubazir," ujar Sularso.
Sumber: Kompas
© Inacom. All Rights Reserved.