KPBN News

Konferensi Teh Sepakat Atasi Turunnya Harga

Konferensi Ke-2 Bisnis Teh Internasional (The 2nd International Tea Business Conference/ITBC) yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, sepakat untuk mengatasi penurunan harga jual teh dan meningkatnya biaya produksi akibat ketimpangan antara kekuatan negara produsen dan konsumen. Konferensi juga membahas batasan-batasan tarif dan non-tarif yang menimbulkan iklim perdagangan yang tidak transparan.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Asosiasi Teh Indonesia Insjaf Malik dalam siaran pers, Rabu (20/7). Salah satu masalah besar yang harus dibenahi bersama adalah pengelolaan permintaan. Negara konsumen menyitir terjadi kelebihan pasokan dari komoditas teh dunia yang mengganggu kestabilan pasar.
”Yang terjadi adalah kesenjangan antara apa yang dituntut negara konsumen, seperti Inggris dan AS, dengan apa yang bisa diberikan oleh negara produsen, terutama Kenya, Sri Langka, India, China, Indonesia, dan Vietnam,” ujar Insjaf.
Persoalan serius yang dihadapi produsen teh adalah sebagian besar merupakan negara berkembang yang menghadapi tuntutan kenaikan upah buruh dan kebutuhan memperbaiki tata cara kinerja dari industri teh di masing-masing negara.
Menyinggung produksi teh dunia disebutkan bahwa produksi teh dunia pada tahun 2004 mencapai 3,2 juta ton, atau naik dua persen dari tahun sebelumnya. Adapun ekspor global meningkat sebesar 4,5 persen dengan pasokan sebanyak 1,47 juta ton.
Tahun 2004 ditutup dengan angka persediaan yang melampaui permintaan. Angka proyeksi sampai tahun 2014 tidak menunjukkan perbaikan. Dengan demikian, ITBC merekomendasikan agar negara produsen ikut mendorong peningkatan konsumsi dalam negeri masing-masing, selain menggarap pasar ekspor.
Tujuh Rekomendasi
Konferensi yang dihadiri 126 peserta dari 17 negara dan berlangsung tanggal 18 -19 Juli 2005 di Bali itu menghasilkan tujuh rekomendasi. Rekomendasi itu antara lain merangsang peningkatan konsumsi teh, meningkatkan nilai tambah teh, dan menangani ketimpangan pasar.
Rekomendasi lainnya adalah mendorong dialog dan pertukaran informasi di kalangan produsen, pedagang, pengemas, dan konsumen. Menangani permasalahan yang timbul akibat ketentuan perdagangan berimbang dan praktik yang etis. Terakhir, mengoordinasikan strategi dan program rencana aksi.
Rekomendasi tersebut selanjutnya akan dibawa delegasi ITBC ke Konferensi Ke-16 Inter-Governmental Group on Tea (IGG-on-Tea) di bawah naungan lembaga Organisasi Pangan Dunia (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang berlangsung tanggal 20-22 Juli 2005 juga di Nusa Dua, Bali. (BOY) (mes)
Sumber : www.kompas.com
Kamis, 21 Juli 2005