12 Jul 2016
JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit (CPO) mengalami masa tertekan akibat proyeksi meningkatnya pasokan di Malaysia. Terkini, harga merosot ke posisi terendah sejak September 2015 dan menjadi level terbawah baru sepanjang tahun ini.
Pada penutupan perdagangan Senin (11/7) kontrak berjangka CPO untuk pengiriman September 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, melemah 2 poin atau 0,09% ke posisi 2.359 ringgit per ton. Angka ini menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah menurun sebanyak 12,33%.
Menurut median survei Bloomberg yang melibatkan delapan responden dari analis, pengusaha, dan trader, stok CPO pada akhir Juni di Malaysia naik 4,2% menuju 1,72 ton. Sementara produksi CPO melonjak 10% menjadi 1,49 juta ton atau meningkat 4,9%. Dari sisi ekspor, pengiriman ke luar negeri diprediksi turun 5,5% menuju 1,21 juta ton atau level terendah sejak 2008.
Malaysian Palm Oil Board (MPOB) sendiri akan merilis data resmi pada Selasa (12/7/2016).
Malaysian Palm Oil Association yang menaungi sejumlah perusahaan produsen memerkirakan produksi CPO pada bulan lalu meningkat 10,5% menjadi 1,51 juta ton. Hal ini berdasar pada siklus panen tanaman dan buruknya permintaan produk berbahan minyak kelapa sawit.
Menurunnya ekspor diperkirakan karena momen Ramadhan tidak cukup menggeliatkan permintaan konsumen. Kejatuhan pembelian dipimpin India dengan tingkat impor CPO yang merosot 46% pada Juni menjadi 195.105 ton.
Ivy Ng, Regional Head of Plantations CIMB Investment Bank Bhd., menyampaikan sentimen negatif terhadap CPO membuat harga pada bulan ini akan bergerak di kisaran 2.300-2.600 ringgit per ton. Produksi minyak sawit yang lebih tinggi merupakan sinyal membaiknya cuaca buruk El Nino.
Alan Lim, analis MIDF Research, dalam publikasi risetnya menyampaikan persediaan CPO di Malaysia sebagai negara produsen kedua terbesar di dunia per akhir Juni mencapai 1,83 juta ton karena melemahnya permintaan. Data ekspor bulan lalu menunjukkan penurunan 10%. Meskipun demikian, stok masih di bawah ambang batas psikologis 2 juta ton, sehingga tetap mendukung stabilitas harga. "Kami tetap memertahankan asumsi harga rerata CPO pada 2016 sebesar 2.450 ringgit per ton, naik 14% dari 2015 senilai 2.153,5 per ton," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.com, Senin (11/7/2016).
Sumber : Bisnis Indonesia
© Inacom. All Rights Reserved.