`Buyer` Taiwan Minati Kopi Banaran
Kamis, 4 Agustus 2016 | 13:00 WIBBAWEN, KOMPAS.com - Sebanyak 16 buyer dari 12 perusahaan di Taiwan, Rabu (3/8/2016) berkesempatan mengunjungi perkebunan kopi PTPN IX di Kampoeng Kopi Banaran di Bawen dan Banaran Coffee and Tea yang merupakan pabrik pengolahan kopi didusun Banaran, Desa Gemawang, kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian `Tour de Coffee 2016` yang diselenggarakan oleh Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. Taiwan.
Menurut Wakil Kepala KDEI di Taipei Siswandi, Tour de Coffee 2016 ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya yang diikuti oleh para importir kopi, pemilik coffe shop, pemilik coffee roaster dan pemerhati kopi sekaligus penulis tentang kopi pada media agriculture Taiwan.
Mereka diajak melihat secara langsung bagaimana kopi diperlakukann sejak mulai pemetikan di perkebunan hingga pengolahan dipabrik.
`Kami ingin memperkenalkan secara lebih dekat tentang kualitas kopi Indonesia, sekaligus menarik minat para buyer tersebut untuk melakukan pembelian kopi secara langsung kepada produsen dan eksportir,` kata Siswandi disela kunjungan tersebut.
Rangakaian Tour de Coffee 2016 ini, lanjutnya, dimulai dari mengunjungi perkebunan kopi PT Golden Malabar Indonesia di Pengalengan, Jawa Barat.
Selanjutnya mengunjungi perkebunan kopi PT Perkebunan Nusantara (PTPN IX) di Bawen dan Jambu, Kabupaten Semarang dan perkebunan PT Taman Delta Indonesia di Gunung Kelir, Jambu, kabupaten Semarang.
Selain mengunjungi perkebunan kopi, KDEI juga mengoordinir para buyer ini untuk mengadakan one on one meeting dengan para eksportir kopi baik di Jawa Barat maupun di Jawa Tengah.
Pertemuan ini diharapkan dapat memutus mata rantai bisnis yang selama ini cukup panjang, sehingga nilai ekspor kopi Indonesia ke Taiwan akan terus meningkat.
`Selama ini para buyer Taiwan ini membeli produk kopi kita melalui trader di Hongkong, Jepang, Singapura bahkan dari Amerika Serikat. Sehingga dengan pertemuan ini, mereka akan mendapatkan harga yang lebih murah karena langsung dari produsen dan eksportir,` ujarnya.
Siswandi menambahkan, catatan perdagangan KDEI di Taipei menunjukan bahwa nilai ekspor kopi Indonesia ke Taiwan dalam kurun 3 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.
Pada 2013 Indonesia mengekspor kopi ke Taiwan sebesar 5,21 juta ton dengan nilai 16,81 juta dollar AS, meningkat menjadi 6,73 juta ton dengan nilai 21,35 juta dollar AS pada 2014. Sedangkan pada 2016, meningkat menjadi 7,10 juta ton dengan nilai 23,53 juta dollar AS.
`Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah coffee shop di Taiwan dalam 3 tahun terakhir yang meningkat rata-rata 45 persen-50 persen pertahun,` kata Siswandi.
Terkesan
Salah satu buyer dari Shanghai Company, Miss Jeni Liu mengatakan sangat terkesan dengan kunjungan ini. Ia mengaku baru pertama kali melihat secara langsung perkebunan kopi serta pabrik kopi secara langsung.
Dirinya tidak mengira perkebunan kopi di Indonesia begitu luas. `Saya sangat terkesan, ternyata pembuatan kopi itu prosesnya sangat rumit dan panjang. Kebun kopinya juga luasnya minta ampun, saya punya di Taiwan tapi tidak seluas ini,` kata Miss Jeni, saat ditemui di kebun kopi PTPN 9 di Bawen.
Melalui kunjungan serta pertemuan langsung dengan produsen dan eksportir kopi di Indonesia yang diatur oleh KDEI di Taipei ini, Miss Jeni berharap dapat meningkatkan volume impor kopi dari Indonesia.
Pasalnya dia bisa memperoleh kopi yang berkualitas dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pembelian melalui trader.
`Dibandingkan dengan negara asia lainnya, bahkan dengan Kolumbia dan Amerika Selatan yang sudah dikenal sebagai produsen kopi dunia, kopi di Bandung dan Banaran ini kualitasnya bagus. Apalagi jarak dari Indonesia dengan Taiwan ini lebih dekat, sehingga cost nya bisa lebih ditekan,` imbuhnya.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/08/04/130000326/.Buyer.Taiwan.Minati.Kopi.Banaran