Kebun sawit plasma Bakrie selesai ditanam tahun depan
Manajemen Bakrie Pasaman Plantation (BPP), perusahaan perkebunan sawit yang berbasis di Pasaman Barat, Sumbar, menargetkan seluruh kebun plasmanya seluas 6.300 hektare selesai ditanami pada 2007.
Direktur PT Bakrie Pasaman Plantation (PT BPP) Bambang Aria Wisena, didampingi Operation Vice President (OVP) BPP Kardi Maryoto, mengatakan penyelesaian pembangunan kebun plasma pada 2007 itu telah menjadi kesepakatan manajemen BPP.
Dia menjelaskan penyelesaian penanaman bibit sawit pada kebun plasma di perusahaannya memang terlambat dari jadwal yang ditargetkan perusahaan milik Bakrie Group tersebut akibat krisis moneter.
`Namun manajemen BPP telah sepakat untuk segera menyelesaikan penanaman bibit sawit pada seluruh kebun plasmanya paling lambat 2007, sehingga beberapa tahun kemudian bisa berproduksi optimal,` katanya kepada Bisnis, kemarin.
Dia menjelaskan kebun plasma yang telah memproduksi tandan buah segar (TBS) saat ini baru mencapai 3.200 ha, sedangkan lahan yang belum ditanami mencapai 1.600 ha, sisanya sekitar 1.500 ha belum menghasilkan TBS.
Menurut dia, pihaknya tidak akan mengalami kekurangan bibit sawit untuk menyelesaikan pembangunan kebun plasma tersebut karena telah menyiapkan bibit sebanyak 1,7 juta yang siap tanam.
Sementara itu Operation Vice President PT BPP Kardi Maryoto menjelaskan kebun plasma tersebut sangat membantu perusahaannya dalam memenuhi pasokan TBS yang dibutuhkan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) milik BPP di Pasbar tersebut.
Dia menjelaskan saat ini BPP masih kekurangan pasokan TBS hingga mencapai 12.000 ton per bulan, padahal perusahaan tersebut membutuhkan pasokan TBS sebesar 1.100 ton untuk produksi crude palm oil (CPO) dengan kapasitas 45-50 ton per ham.
`Saat ini BPP baru mampu memproduksi CPO dengan kapasitas 45-50 ton per jam akibat pasokan TBS yang minim tersebut, bahkan untuk memenuhi agar kapasitas 45-50 ton per jam terpenuhi, pihaknya masih membeli TBS perkebunan rakyat hingga 160 ton per hari,` katanya.
BPP saat ini memproduksi TBS sebesar 800 ton perhari dari perkebunan inti seluas 7.988 ha, sementara pabrik BPP membutuhkan bahan baku sebesar 1.100 ton perhari untuk mengoperasikan pabrik dengan kapasitas 45-50 ton perjam.
Kardi mengatakan pihaknya menargetkan akhir 2007 mendatang pabrik BPP menghentikan pembelian TBS dari perkebunan rakyat karena pasokan TBS dari perkebunan inti dan plasma sudah mampu memenuhi kebutuhan pabrik.
Sumber : Bisnis Indonesia