05 Jul 2006
Perolehan ekspor pada semester I itu berasal dari 1 juta ton karet, sementara Gapkindo memprediksikan tren kenaikan ekspor itu akan terus berlanjut sampai akhir tahun ini, sehingga Indonesia berpeluang meraih devisa senilai US$4,2 miliar setara 2,1 juta ton.
"Perkembangan ekspor periode Januari-Juni ini bagus, setidaknya naik 6% dibandingkan periode sama yang tahun lalu. Dengan volume ekspor lebih dari 1 juta ton, nilai ekspor sekitar US$2 miliar, dengan harga rata-rata US$2 per kg," kata Asril Sutan Amir, Wakil Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) kepada Bisnis, kemarin.
Dia mencatat setidaknya dua faktor pendukung penting atas kinerja ekspor komoditas andalan itu. Pertama, tingkat kebutuhan dunia tetap tinggi, terutama di China, India, Eropa dan AS. Negara-negara itu merupakan pasar tradisional karet Indonesia, dengan kontribusi 80% dari total ekspor Indonesia.
Berdasarkan rangkuman Pusat Data dan Informasi Depdag dari pertemuan ke-7 International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Kuala Lumpur pada 31 Mei-1 Juni, peningkatan impor karet alam China, India, Jepang, dan AS akan mendongkrak konsumsi karet dunia sebesar 3,2% menjadi 21,3 juta ton pada tahun ini.
Kedua, perusahaan dan perorangan di dalam negeri semakin banyak yang berminat menanam karet, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas nasional.
Produksi meningkat
Menurut dia, produksi karet Indonesia akan mencapai 2,4 juta ton dari total areal 3,1 juta hektar, jika produktivitas naik menjadi 800 kg per hektar. Sementara produksi karet per hektare 700 kg.
Kinerja ekspor karet itu diharapkan dapat mendukung kesinambungan kenaikan ekspor nonmigas Indonesia sepanjang 2006, setelah ekspor Mei berhasil mencatat rekor baru senilai US$8,34 miliar. Ekspor itu, menurut BPS, tumbuh sekitar 9,79% dari bulan sebelumnya, sehingga nilai ekspor mencapai US$38,39 miliar dalam lima bulan terakhir.
Sebelumnya, Dantes Simbolon, Kasubdit Statistik Ekspor Biro Pusat Statistik, mengatakan sebagian komoditas nonmigas menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan, misalnya pertumbuhan ekspor karet pada Mei mencapai US$776 juta.
Gapkindo sendiri, katanya, terus berupaya aktif melakukan kampanye dan promosi pemasaran ke sejumlah negara tujuan ekspor tradisional, serta berupaya menggarap pasar baru di sejumlah kawasan. Di antaranya kawasan Mediterania dan Australia, yang merupakan pasar potensial bagi karet Indonesia.
Menurut rencana, Gapkindo akan melakukan Kongres pada 26-28 Juli di Bali. "Kongres Ini penting untuk menetapkan program perkaretan nasional dalam tiga tahun ke depan. Di samping diharapkan hadirnya pemain baru di industri perkaretan nasional," ungkapnya.
Dia menambahkan posisi komoditas karet Indonesia akan semakin penting pada masa mendatang.
© Inacom. All Rights Reserved.