27 Jun 2006
Sekjen Askindo Zulhefi Sikumbang meminta agar Kementerian BUMN dan Dephub segera membenahi infrastruktur pelabuhan tersebut.
"Beberapa hari ini sedang dilakukan loading kakao sebanyak 30.000 di Palu, tetapi kondisi panjang pelabuhan yang tidak mendukung sangat mengganggu kegiatan tersebut," katanya kepada Bisnis pekan lalu.
Menurut dia, kondisi pelabuhan yang pendek itu mengakibatkan kelancaran lalu lintas muatan terhambat.
Hal itu, imbuhnya, juga mengakibatkan biaya kapal menjadi mahal.
Dia menjelaskan dukungan tersebut sangat penting bagi Sulteng, sebagai salah satu produsen penting biji kakao Indonesia.
Sampai saat ini, imbuhnya, realisasi ekspor kakao Sulteng mencapai 70.000 ton.
Dengan dukungan tersebut, imbuh Zulhefi, dapat mendukung peningkatan peran Sulteng sebagai produsen kakao terpenting pada masa mendatang.
Berdasarkan kondisi yang ada, katanya, Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan Sulteng akan menjadi produsen kakao utama mengalahkan posisi Sulawesi Selatan.
Selain itu, imbuhnya, dukungan terhadap kelancaran lalu lintas ekspor kakao Sulteng itu diharapkan dapat membantu target ekspor kakao nasional pada tahun ini.
Menurut dia, target ekspor biji kakao Indonesia sebanyak 250.000 ton, senilai US$375 juta.
Sedangkan ekspor kakao olahan hampir sama volumenya, senilai US$400 juta.
"Jadi total devisa dari biji kakao dan kakao olahan seperti cocoa cake dan cocoa butter senilai US$775juta," ungkapnya.
Belum puas
Sementara itu, menurut Herman Agan Ketua DPD Askindo Sulawesi Tengah, produksi kakao daerahnya kemungkinan terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai 150.000-160.000 ton pada tahun ini.
Pada 6 bulan pertama ini, katanya, volume produksi telah mencapai 100.000 ton.
Jumlah tersebut, lanjutnya, berarti meningkat sekitar 14% karena jumlah produksi pada 2005 lalu hanya sebanyak 140.000 ton.
Sedangkan pada periode Januari-Juni ini, lanjutnya, ekspor biji kakao Sulteng telah mencapai lebih dari 70.000 ton, atau meningkat lebih dari 10.000 ton dibandingkan periode sama tahun lalu (60.000 ton).
"Tetapi kami belum puas jika hanya volume produksi saja meningkat. Kami tetap mengupayakan produksi meningkat tetapi dengan mutu lebih baik," ungkapnya.
Sejauh ini, kata Herman, daerah sentra produksi kakao di Sulteng tidak terpengaruh oleh terjadinya banjir di sejumlah kabupaten di Sulawesi Tengah.
© Inacom. All Rights Reserved.