Harga Terus Tertekan, Pengusaha Batasi Ekspor Karet
MedanBisnis - Medan. Kinerja ekspor karet Indonesia, terutama Sumatera Utara (Sumut) bakal menurun tahun ini menyusul rencana pengusaha yang akan membatasi volume ekspor akibat lemahnya harga karet dalam beberapa tahun terakhir.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah mengungkapkan, perwakilan dari negara-negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand tengah menggelar rapat dengan agenda utama pengurangan volume ekspor atau disebut dengan Ageed Export Tonnage Scheme (AETS) di Bangkok, Thailand.Agenda utama dalam pertemuan itu adalah pengurangan volume ekspor. Diharapkan ada satu kesepakatan yang baik untuk menjaga agar harga karet tidak semakin jatuh dari kondisi sekarang. `Pembatasan ekspor akan diambil sebagai langkah untuk memperkuat harga,` katanya kepada wartawan di Medan, Kamis (28/1). Begitupun, pihaknya belum bisa mengungkapkan berapa besar pembatasan ekspor yang akan diambil karena masih menunggu hasil pertemuan dari ITRC. Untuk menghadiri rapat ITRC ini, lanjut dia, Gapkindo secara nasional tidak perlu mengadakan pertemuan secara khusus untuk menentukan berapa besaran usulan volume ekspor yang akan dikurangi dari Indonesia. Seluruh keputusan diserahkan kepada Ketua Umum Gapkindo Pusat selaku perwakilan. Terakhir, ITRC menyepakati pengurangan volume ekspor pada Oktober 2012 selama enam bulan hingga Maret 2013. Dari kesepakatan tersebut, harga karet bisa terdongkrak hingga mencapai US$ 3,03 per kg dari sebelumnya turun hingga US$2,6 per kg. Pertemuan tahun ini juga diharapkan bisa seperti 2012 yakni ada dampak terhadap harga karet.Ketika ditanyakan kenapa ITRC baru sekarang melakukan pengurangan volume ekspor padahal anjloknya harga sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, Edy menjelaskan, selama ini permintaan karet juga sedang tidak bagus sehingga jika negara produsen utama melaksanakan pengurangan ekspor, tentu akan semakin menyulitkan industri dan petani tentunya. Dalam dua tahun terakhir, permintaan terhadap karet memang mengalami penurunan sehingga menyeret harga. Kondisi demikian agak sulit jika mengambil kebijakan pengurangan ekspor. `Namun setelah melihat perkembangan dunia dan proyeksi pertumbuhan dari negara-negara pengimpor pada tahun ini khususnya Tiongkok dan Amerika Serikat yang diperkirakan tidak memburuk, ITRC kembali berpikir untuk melakukan pembatasan ekspor,` jelasnya.Berdasarkan data Gapkindo Sumut, total volume ekspor Sumut pada 2015 sebesar436.197 ton. Jumlah ini naik sedikit dibandingkan 2014 sebesar 451.457 ton. Lemahnya permintaan dari sejumlah negara tujuan utama menjadi pemicu anjloknya kinerja ekspor karet tersebut. Harga karet pun hingga kini masih berkutat di level terendah yakni US$1,07 hingga US$1,1 per kg.Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menilai usaha-usaha untuk mendongkrak harga karet pada tahun ini akan menghadapi tantangan berat. Satu hambatan utama dalam usaha tersebut adalah rendahnya harga minyak dunia. `Permintaan terhadap karet alam diprediksi akan menurun,` katanya.Akibatnya, meski pengusaha atau eksportir mengambil kebijakan pembatasan volume ekspor, tetap saja tak terlalu berpengaruh karena permintaan memang menurun. Harga karet di pasaran diprediksi tetap landai. Jika terjadi kenaikan, agak sulit untuk menembus level US$1,5 hingga US$2 per kg. `Dalam konteks saat ini, konsumsi dalam negeri yang perlu diperbanyak agar industri-industri bisa bergerak,` tandasnya. (daniel pekuwali)
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/01/29/213151/pengusaha-batasi-ekspor-karet/#.VqrlTU9na1s