Defisit kopi dunia, peluang emas bagi Indonesia
JAKARTA (KPB) : Suplai kopi dunia akan mengalami defisit 5,9 juta karung – satu karung ekuivalen 60 kg. Itulah hasil survei yang dilakukan Reuters terhadap analis kopi dunia yang dilaporkan baru-baru ini. Defisit itu dipicu oleh tingginya konsumsi kopi dunia sebesar 111,9 juta karung sedangkan produksi dunia rata-rata 106 juta karung pada 2003.
Di lain pihak, International Coffee Organization (ICO) bahkan memperkirakan suplai kopi dunia akan mengalami defisit pada 2004 sebesar 11 juta karung. Seorang analis dari CoffeeNetwork memprediksikan total produksi kopi dunia pada 2004 akan mengalami penurunan menjadi 105,6 juta karung, masing-masing 40,5 juta karung robusta dan 65 juta karung arabika.
Tampaknya, masa kelebihan produksi di pasar dunia sudah berakhir. Produksi Brazil dan Vietnam dilaporkan juga mengalami penurunan. “Indonesia sebagai salah satu produsen kopi di dunia akan mengambil kesempatan ini untuk meningkatkan ekspor kopinya,” ujar Ketua Asosiasi Eskportir Kopi Indonesia (AEKI), Nuril Hakim.
Karena itu, eksportir kopi optimis target ekspor kopi 2004 sebesar 30 persen akan tercapai. Meksi untuk itu mereka harus bekerja keras. Kalau dilihat produksi kopi Indonesia tidak mengalami peningkatan secara siginifikan. Tidak ada jalan lain, AEKI merencanakan melepas seluruh stok nasional yang masih dimiliki. Pelepasan stok kopi nasional, diperkirakan mampu memenuhi pencapaian target. Lampung, misalnya masih mempunyai 50.000 ton kopi yang siap ekspor.
Defisit kopi itu dinilai menjadi peluang emas bagi Indonesia meningkatkan ekspornya yang selama ini dikuasai Brazil dan Vietnam. Beralihnya fokus produksi Vietnam dan Brazil dari robusta menjadi arabika seakan menjadi berkah. Lihat saja, produksi Vietnam sekarang hanya berkisar 600.000 ton jauh menurun dari 900.000 ton sebelumnya. Sementara produksi kopi Indonesia baru berkisar 350.000 ton dan 100.000 ton adalah konsumsi dalam negeri dan sisanya diekspor.
“Kami akan menggarap pasar ekspor yang ditinggalkan kedua negara itu,” ujar Nuril. Untuk mencapai target 30 persen, AEKI sudah mengambil ancang-ancang dengan meluaskan pasar ekspor ke Cina, Eropa Timur. Tetapi diakui kedua pasar itu masih kecil. “Kami akan melakukan promosi gencar di kedua tempat itu,” katanya. (mes)
Sumber : www.sinarharapan.co.id (diolah)