23 May 2006
Laporan pemantauan harga bahan pokok harian Depdag menyebutkan aksi spekulasi itu terjadi sejak 12 Mei pada beras medium-jenis yang paling banyak dikonsumsi penduduk-ditandai dengan kenaikan harga di Pasar Induk Cipinang sebesar Rp100 per kg.
Kasubdit Bahan Pokok Depdag Mukidjan percaya aksi itu akan mengakibatkan kenaikan harga seiring faktor lain seperti kenaikan harga pupuk, permintaan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras serta hambatan distribusi.
"Hambatan distribusi terutama di Pantura Jawa dan Sumatra masih ada. Kalau spekulan, saya katakan, dia akan muncul tiap kali ada perubahan sistem. Tapi kalau pun naik tampaknya masih wajar," kata Mukidjan, Kasubdit Bahan Pokok Depdag di Jakarta, kemarin.
Di Pasar Induk Beras Cipinang pasokan harian per 16 Mei tercatat 2.143 ton, turun 2.489 ton (53,73%) ketimbang pasokan per 15 Mei sebanyak 4.632 ton. Meski pasokan turun, stok per 16 Mei masih 54.464 ton, aman untuk 18 hari.
Atas kenaikan harga beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang per 12 Mei, Rp100 per kg dari Rp3.890 per kg Rp3.950 per kg, para pedagang di pasar-pasar sekunder juga telah meresponsnya dengan menaikkan harga Rp100-Rp150 per kg.
Di Pasar Benhil Jakarta Pusat misalnya, harga beras medium, jenis IR-II, sejak Senin pekan ini naik Rp100 per kg, dari sebelumnya Rp4.100 per kg menjadi Rp4.200 per kg. "Tapi rata-rata keseluruhannya masih stabil," tambah Mukidjan.
Menteri Pertanian telah mengumumkan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi rata-rata 12% yang mencakup jenis urea, SP-36, ZA, dan NPK (Bisnis, 17 Mei).
Alasan utama pemerintah menaikkan harga tersebut karena HET pupuk bersubsidi belum pernah dinaikkan sejak 2003, sedangkan biaya distribusi meningkat pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas tahun lalu.
Seiring dengan kenaikan itu, Komisi IV DPR-membidangi pertanian-mengusulkan agar pemerintah juga menaikkan HPP gabah dan beras. Tujuannya agar kenaikan harga pupuk tidak terlalu menjadi beban bagi petani.
Kepentingan asing
Dihubungi terpisah, Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Siswono Yudhohusodo mengatakan pada panen gadu seperti ini-setelah panen rendengan Januari-Maret- selalu saja ada fakta soal aksi spekulasi tahan stok.
"Pola operasi yang kita lihat sekarang ini adalah karya dari kepentingan pemasok beras di luar negeri. Hasilnya adalah kenaikan harga yang ujungnya impor. Sangat mudah terbaca, begini terus kejadiannya tiap tahun," ujarnya, kemarin.
Siswono mengatakan hal ini mestinya bisa dengan mudah diantisipasi jika Perum Bulog telah menyerap gabah dan menyimpan beras sejak Januari-April 2006. Sebab begitu masuk Mei ketika aksi spekulasi tahan stok terjadi, Bulog bisa melepas stok beras yang sudah dibelinya.
Tapi faktanya, kata dia, penyerapan itu tidak optimal. "Setelah ini, tidak cuma fakta spekulasi yang sudah teridentifikasi itu, tapi juga fenomena gagal panen, banjir segala macam juga bermunculan, dan kita akan tahu siapa yang membesar-besarkan. Lihat saja."
© Inacom. All Rights Reserved.