Berita Terbaru

09 May 2006

Ekonomi 2007 dipatok tumbuh 6,4%

Ekonomi 2007 dipatok tumbuh 6,4%
Menko Perekonomian Boediono mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi makro tahun depan sebesar 6,4% dalam Rencana Kerja Anggaran Pemerintah (RKAP) 2007 yang disepakati untuk diajukan ke DPR. Boediono, seusai Sidang Kabinet tadi malam, menyebutkan pertumbuhan 6,4% itu didorong beberapa faktor a.l. efek kenaikan harga BBM tahun lalu. Selain itu, kebijakan moneter sangat longgar pada semester kedua tahun ini akan membantu stimulus fiskal.

"Ekspor tiga bulan terakhir lumayan meningkat lebih kurang 10%-15%, saya mengharapkan 2007 investasi riil akan masuk dan bukan lagi portofolio sehingga kondisi lebih baik," ujarnya.

 

Sedangkan inflasi tahun depan diproyeksikan 6%, dengan nilai tukar rupiah Rp9.200 per dolar AS dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tiga bulan 8,5%. Adapun asumsi harga minyak diprediksi sebesar US58 per barel dan lifting minyak mentah satu juta barrel per hari (bph).

 

Menteri Energi Poernomo Yusgiantoro menambahkan patokan harga minyak konservatif sebesar US$58 per barel bukan harga mati, karena bisa diubah bila kemudian hari ada gangguan faktor internasional.

 

"Pada 2007 diharapkan faktor fundamental akan lebih banyak memengaruhi perbaikan harga minyak internasional, setelah sebelumnya 2005-2006 harga minyak dipengaruhi non fundamental seperti geopolitik di Timur Tengah."

 

Penurunan utang

 

Di sisi lain, Menko menambahkan pemerintah tetap melanjutkan tren penurunan beban utang untuk periode 2007. "Diharapkan pada 2009 rasio utang hanya mendekati 30%-35% dan diharapkan agar bisa lebih rendah lagi."

 

Boediono menjelaskan rasio utang 30%-35% itu merupakan posisi aman untuk negara berkembang.

 

Pemerintah akan membentuk unit pengelola utang di Depkeu yang di dalamnya terdapat pejabat setingkat eselon satu.

 

Menneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta menambahkan pemerintah menyiapkan tiga skenario rasio utang luar negeri dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.

 

Tiga skenario itu adalah sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (baseline) sebesar 31% dari PDB pada 2009, moderat sekitar 33%, dan skenario tinggi yang meletakkan rasio utang pada kisaran 35%-36% dari PDB.

 

Paskah menjelaskan tiga skenario rasio utang itu disusun untuk mencari kombinasi terbaik bagi pertumbuhan ekonomi.

 

"Kalau Bappenas sendiri enaknya sesuai dengan baseline 31% dari PDB pada 2009. Tapi kami buatkan tiga skenario. Tiga skenario ini ada plus minusnya dan akan dibahas dalam sidang kabinet hari ini [kemarin]," katanya di Jakarta, kemarin.

 

Dengan semakin tinggi rasio utang terhadap PDB, maka tugas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai 'penjaga gawang' kesinambungan APBN akan kian berat.

 

Paskah melanjutkan sampai saat ini pemerintah tetap berkomitmen pada upaya memangkas ketergantungan terhadap utang luar negeri.

 

Namun, dia memperkirakan kebutuhan pembiayaan dari utang luar negeri pada APBN akan tetap tinggi paling tidak sampai 2009. Karena itu, sambungnya, pemerintah mengambil langkah hati-hati dalam memilih satu di antara tiga skenario tersebut.

 

Menurut dia, pemerintah mesti memutuskan untuk mencari rasio utang yang tidak menambah kerentanan fiskal dan sekaligus tidak mengurangi potensi laju ekonomi.

 

"[Kalau sumber pertumbuhan ekonomi mengandalkan penerimaan dari dalam negeri] masih tidak mungkin [untuk mengejar target PDB di atas 7% pada 2009]," katanya menjelaskan mengenai peran utang luar negeri tersebut.

 

Sumber: Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.