KPBN News

Wapres: Lahan sawit jangan hanya untuk asing

JAKARTA: Wapres Jusuf Kalla mendukung upaya pengembangan lahan dan produksi kelapa sawit di Tanah Air, namun dia berharap jangan hanya diberikan kepada perusahaan asing dan usaha besar.
`Beri kesempatan kepada pengusaha dan masyarakat sekitar untuk bersama mengembangkan,` ujar Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun usai mengikuti rapat peningkatan produksi kelapa sawit yang dipimpin Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, kemarin.
Menurut dia, dalam rapat itu Wapres mendukung upaya pengembangan lahan dan produksi kelapa sawit.
`Tapi beliau meminta kesempatan itu jangan hanya diberikan kepada perusahaan asing dan perusahaan-perusahaan besar saja,` ujar Derom.
Menurut dia, saat ini luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 5,2 juta hektare. Terdiri dari 4,2 juta hektare berupakan tanaman yang sudah menghasilkan dan sisanya (1 juta ha) tanaman yang masih dalam kondisi belum menghasilkan (TBM).
Upaya perluasan ini untuk mengejar produksi crude palm oil (CPO) untuk memenuhi kebutuhan dunia.
`Kebutuhan minyak sawit dunia meningkat 2,5 juta ton per tahun. Indonesia berpeluang meningkatkan produksinya. Kita saat ini menguasai 40% dari seluruh produksi sawit dunia,` ujar Derom.
Derom menjelaskan produksi CPO Indonesia tahun lalu (2005) mencapai 13,6 juta ton dan tahun ini ditargetkan mencapai 14,7 juta ton. `Kalau bisa melebihi 15 juta ton. Malaysia merupakan produsen utama CPO dengan produksi mencapai 15 juta ton. Ekspor CPO Indonesia dan produk turunan pada 2005 mencapai 10,38 juta ton.
Namun, kata Derom, upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO Indonesia mengdahapi berbagai masalah. Misalnya adanya kampanye negatif terhadap minyak sawit Indonesia yakni menyangkut masalah lingkungan, gajah di Riau, orangutan dan asap.
`Untuk ini kita sudah menjalin kerja sama dengan Malaysia menghadapi kampanye negatif tersebut,` ujar Derom.
Dalam rapat tersebut, kata Derom, juga dibahas kemungkinan menggunakan minyak sawit untuk biodiesel. Namun, Wapres menyampaikan karena biaya produksinya masih tinggi, secara ekonomis penggunaan biodiesel ini belum terhitung murah.
Mohd Basri Wahid dan Chan Kook Weng dari Malaysia Palm Oil Board beberapa waktu lalu mengatakan pertumbuhan produksi CPO (minyak sawit mentah) Indonesia paling tinggi diantara negara produsen CPO lainnya dalam satu dekade terakhir 1995-2004 atau tumbuh 2,7 kali dari 4,2 juta ton ada 1995 menjadi 11,4 juta ton pada 2004.
`Indonesia mencatat pertumbuhan produksi yang sangat mengesankan dengan produksi 2,7 kali lipat dalam satu dekade terakhir,` katanya. Sumber: Bisnis Indonesia