14 Feb 2018
Jakarta - PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) kembali menargetkan penaikan angka penjualan lebih dari 20% tahun ini atau meningkat menjadi 52.000 ton dibandingkan realisasi penjualan sepanjang 2017 sebesar 43.101 ton.
Peningkatan ini seiring dengan semakin baiknya angka produksi teh kelolaan induk perusahaan PT KPBN yakni PT Perkebunan Nusantara III (Holding) atau PTPN, serta adanya target perluasan pasar ekspor. Direktur Operasional PT KPBN Ery Erwin Efendi menyebutkan pihaknya akan semakin fokus menggarap pasar ekspor, baik yang sudah ada maupun yang baru akan digarap sepanjang 2018. PT KBN memasang target ekspor sebesar 17.457 ton atau 33% dari total target penjualan tahun ini. Angka ini naik 10% dari realisasi ekspor tahun lalu yang mencapai 15.870 ton .
“2018, dengan volume yang meningkat kita akan membuka pasar baru. Sebagian pasar itu sebenarnya sudah ada lama, tetapi tidak direct. Kita akan jual langsung ke ke negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah dan negara-negara CIS,” kata Ery ketika dihubungi Bisnis, Selasa (13/2/2018).
Dia menjelaskan, teh Indonesia sebenarnya telah lama dieskpor ke sejumlah pasar seperti Malaysia dan Pakistan. Namun, ekspor tersebut kebanyakan dilakukan oleh para trader yang membeli teh dari pelelangan atau Jakarta Tea Auction (JTA).
Ke depannya, pihaknya berniat untuk bisa mengisi pasar ekspor tersebut secara langsung tanpa harus melalui pelelangan di dalam Negeri.
Adapun untuk pasar baru, PT KPBN akan menyasar sejumlah destinasi ekspor seperti sejumlah negara di Asia Selatan, negara-negara anggota CIS (Persemakmuran Negara Merdeka), serta Afrika. Penjualan ke pasar ini ditarget mencapai 700-1.000 ton tahun ini.
Selain itu, menurut Ery, pihaknya juga telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara lain seperti Dubai, India, dan Pakistan yang juga dibidik sebagai pasar direct untuk ekspor teh KPBN. Khusus untuk Pakistan, menurut Ery, kendati angkanya penjualan ke sana masih kecil, namun negara ini akan menjadi pintu ekspor ke negara-negara CIS.
“Dengan kunjungan KPB ke India, Pakistan dan Dubai. Kita sudah bertemu dengan beberapa pembeli di Pakistan, sudah ada 4 pembeli. Kami sedang penjajakan dalam proses untuk ekspor ke sana,” jelasnya.
Adapun untuk rencana ekspor ke Dubai, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Dubai Trade Center. Sejauh ini, kata Ery, telah ada sedikitnya dua orang pembeli yang tertarik. Pihaknya pun telah merekrut seorang Liaison Officer untuk memasarkan produk-produk PTPN, termasuk teh.
Selain ketiga wilayah tersebut, pihaknya juga akan memantapkan pasar Eropa yang belakangan melemah akibat dihantam isu antrakuinon. Namun, menurut Ery, sebagian produk teh kelolaan induk usaha perusahaan dari Jawa Barat telah memenuhi persyaratan bahkan kadar antrakuinonnya saat ini lebih rendah dari yang ditetapkan pihak Uni Eropa.
“Jadi, perluasan pasar harus, karena volumenya cukup tinggi. Itu tadi target target kita. Terus terang saja, PTPN kan sedang melakukan recovery sehingga produksinya naik, ada perbaikan. Nah, pasarnya juga naik” tambahnya.
Selain perluasan pasar ekspor, serapan pasar dalam negeripun diprediksi turut naik. Ery menceritakan bahwa konsumsi teh dalam negeri selama ini memang tinggi. Tahun lalu, penjualan dalam negeri PT KPBN mencapai 27.231 ton. Adapun tahun ini, volume penjualan di dalam negeri ditargetkan meningkat 26,85% menjadi 34.543 ton.
Ery menjelaskan bahwa saat ini konsumen teh Indonesia rata-rata masih lebih meminati black tea berjenisorthodox yang masih menggunakan campuran antara teknik manual dan mesin dalam pemrosesannya.
Sumber : http://industri.bisnis.com
---------------------------------------------
13 Februari 2018
DISTRIBUSI TEH: KPBN Targetkan Kontribusi 50% Dari Pasar Ekspor
Bisnis.com, JAKARTA—PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) menargetkan ekspor tehnya bisa mencapai hingga 50% dari total penjualan pada 2019-2020 nanti. Untuk 2018, Anak Usaha PT PT Perkebunan Nusantara III (Holding) atau PTPN ini menargetkan total penjualan teh sebesar 52.000 ton atau naik 20,64% dari realisasi penjualan tahun lalu sebesar 43.101 ton.
PT KPBN mengestimasi angka ekspor tehnya akan mencapai 17.457 ton atau 33% dari target penjualan tahun ini.
“Diestimasi 2019 atau 2020 sudah mencapai angka tersebut,” kata Direktur Operasional PT KPBN Ery Erwin Efendi ketika dihubungi Bisnis.com, Selasa (13/2/2018).
Ery menjelaskan pencapaian angka tersebut akan diorong oleh peningkatan produksi dan yang terpenting mutu teh dalam negeri. Pasalnya, menurut Ery, teh Indonesia yang selama ini diekspor ke luar negeri oleh para trader masih kalah dalam hal mutu dibandingkan dengan produksi dari negara penghasil besar lainnya seperti India, Sri Lanka, Kenya, dan Turki.
Ke depan, setelah mutu teh lebih baik, pihaknya menargetkan untuk bisa memperbesar pangsa pasar ekspor langsung tanpa harus melalui trader yang membeli teh di Jakarta Tea Auction (JTA) atau pusat pelelangan teh di Jakarta.
Selain mutu, kadar antrakuinon juga menjadi isu lain yang menghambat ekspor teh ke Eropa. Namun, saat ini, menurut Ery, PTPN VIII di Jawa barat telah memiliki sejumlah kebun yang menghasilkan teh dengan kadar antrakuinon di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Berdasarkan data dari PT KPBN, hingga 2016 pihaknya telah melakukan ekspor ke sedikitnya 11 negara antara lain Malaysia, Rusia, Pakistan, Amerika, Uni Emirat Arab, Inggris, Polandia, dan lain-lain.
Selanjutnya, PT KPBN juga akan melakukan pelebaran pasar dan menyaras pasar baru di negara negara anggota CIS, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Sumber : industri.bisnis.com
------------------------------------
13 Februari 2018
Perluas Pasar Teh di Pakistan, PT KPBN Gandeng Perbankan
Bisnis.com, JAKARTA— PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) fokus menjadikan Pakistan sebagai salah satu negara target perluasan pasar untuk ekspor produk teh dengan menggandeng bank dalam negeri
Direktur Operasional PT KPBN Ery Erwin Efendi menyebutkan Pakistan merupakan kunci untuk memasuki pasar-pasar lain yang menjadi target pasar ekspor anak Usaha PT PT Perkebunan Nusantara III (Holding) itu yakni negara-negara anggota CIS yang merupakan pecahan dari Uni Soviet.
“Pakistan itu kunci kita masuk ke daerah CIS. Itu pelabuhannya dari Karachi,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (13/2/2018).
Ery menjelaskan kendati memiliki banyak demand dan menjadi kunci untuk memasuki pasar negara-negara CIS, sistem pembayaran yang masih semi tradisional menjadi tantangan di negara tersebut.
Menurutnya, pemanfaatan instrumen pembayaran seperti letter of credit (LC) atau cash against document (CAD) masih belum benar-benar dimanfaatkan.
Untuk itu, pihaknya akan menggandeng perbankan untuk bisa menjamin pembayaran hingga pihak pembeli membayarkan dananya. Dengan demikian, ekspor ke Pakistan diharapkan bisa terus berjalan dan meningkat.
“Nah itu barang dikirim dahulu, 60 hari baru dibayar. Ini kan untuk kita yang BUMN masih harus berfikir dua kali. Nah kita mencari jalan tengahnya, kepada bank kita minta supaya mereka menjamin kita sehingga barang berangkat pun nggak ada masalah. Kita tetap berbayar, bank dibayar oleh si trader ini,” paparnya.
Untuk 2018 ini, PT KPBN menargetkan angka penjualan teh sebesar 52.000 ton di mana 33%nya atau 17.457 ton diproyeksikan untuk ekspor. Adapun untuk pasar baru seperti Afrika, Asia Selatan, dan negara-negara CIS, angka ekspor tahun ini diharapkan bisa mencapai 750-1.000 ton.
Sumber : industri.bisnis.com
-------------------------------------
Rabu, 04 Januari 2017
PTPN bidik penjualan teh tumbuh 25% di 2017
JAKARTA. Pasar produksi teh Indonesia tengah lesu. Selain daya saing teh di pasar ekspor melemah, penjualan teh dalam negeri jenuh sejak 2008 silam. Kondisi tersebut tercermin pada penjualan teh produk PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dipasarkan oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) yang hanya sepertiga dari volume perdagangan tahun 2008. Sebagai perbandingan, pada 2008, KPBN memperdagangkan sebanyak 70% teh produksi PTPN. Namun, tahun 2016, hanya 30% produksi PTPN yang diperdagangkan di KPBN.
Direktur Utama PT KPBN Iriana Ekasari mengatakan, pengembangan pasar teh dalam negeri sulit dilakukan karena konsumen terbiasa dengan teh kualitas mutu satu dan dua. Akibatnya, harga teh dengan mutu utama tertekan. Hanya di pasar ekspor teh dengan mutu utama masih dihargai. "Jadi PTPN harus meningkatkan kualitas teh mereka agar dapat eksis di pasar yang menghargai teh dengan mutu utama," ujar Iriana, Rabu (4/1).
Salah satunya dengan meningkatkan pemberian pupuk dan pengolahan teh dengan teknologi tinggi. Komitmen PTPN meningkatkan mutu teh yang diproduksi mendorong KPBN berani menargetkan peningkatan penjualan teh sebesar 25% pada tahun ini. "Berarti ada tambahan volume penjualan teh tahun ini minimal 9.000 ton, terutama di pasar ekspor," ujar Iriana.
Pada 2016, total penjualan teh KPBN mencapai 36.000 ton. Jika naik 25%, maka target penjualan teh pada tahun ini minimal 45.000 ton. Sejauh ini, KPBN masih mengandalkan pasar dalam negeri untuk menjual teh produksi PTPN yaitu sebesar 60%. Sisanya ke pasar ekspor seperti Rusia, Amerika, Malaysia, dan beberapa negara di Eropa.
Sumber : industri.kontan.co.id
© Inacom. All Rights Reserved.