19 Nov 2015
Kamis, 19 November 2015 05:38 WIB
New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena risalah pertemuan terakhir Federal Reserve mendukung prospek kenaikan suku bunga di akhir tahun.
Risalah dari pertemuan The Fed Oktober yang dirilis pada Rabu menunjukkan para pejabat bank sentral menekankan bahwa "mungkin juga menjadi tepat" untuk menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan kebijakan berikutnya pada Desember.
Sebagian besar pembuat kebijakan The Fed mengisyaratkan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga tahun ini untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Peserta dalam pertemuan tersebut "umumnya sepakat bahwa mungkin akan sesuai untuk menghapus akomodasi kebijakan secara bertahap," menunjukkan laju kenaikan suku bunga akan lambat.
Di sisi ekonomi, jumlah rumah baru atau "housing starts" yang dimiliki secara pribadi di AS pada Oktober berada pada tingkat tahunan disesuaikan secara musiman 1,06 juta unit, di bawah perkiraan pasar, kata Departemen Perdagangan, Rabu.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, tinggal di dekat tertinggi tujuh bulan 99,598 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan di New York, euro jatuh ke 1,0647 dolar AS dari 1,0650 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,5227 dolar AS dari 1,5213 dolar pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7091 dolar AS dari 0,7121 dolar.
Dolar AS dibeli 123,55 yen Jepang, lebih tinggi dari 123,40 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS menguat menjadi 1,0196 franc Swiss dari 1,0144 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3338 dolar Kanada dari 1,3316 dolar Kanada, demikian Xinhua. (T.A026)
Senin, 16 November 2015 06:50 WIB
"Ketergantungan yang tinggi terhadap US dolar telah menyebabkan distorsi-distorsi global yang kini mengancam kemajuan ekonomi global,"
Antalya, Turki (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyebut ketergantungan pada mata uang dolar Amerika Serikat berpotensi mengancam kemajuan perekonomian global.
"Ketergantungan yang tinggi terhadap US dolar telah menyebabkan distorsi-distorsi global yang kini mengancam kemajuan ekonomi global," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Working Session I KTT G-20 di Antalya, Minggu.
Presiden Joko Widodo menegaskan sudah waktunya untuk merombak total arsitektur keuangan global.
Hal itu penting mengingat masalah utama yang dihadapi perekonomian dunia saat ini adalah menciutnya likuiditas dolar Amerika Serikat (AS) di hampir semua negara berkembang atau emerging markets dunia.
Selain itu, sejak diciptakannya mata uang Euro pada 1999, tidak ada mata uang dunia atau global reserve currency yang baru.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa negara-negara berkembang harus segera mengimplementasikan reformasi-reformasi ekonomi yang fundamental.
"Reformasi perekonomian yang nyata sangat diperlukan untuk membangun kembali kredibilitas pasar serta merebut kembali kepercayaan investor dan pelaku ekonomi," demikian ditegaskan Presiden Jokowi.
Reformasi ekonomi yang fundamental ini, menurut Presiden Jokowi, perlu diikuti likuiditas finansial yang kuat agar tidak mengalami gejolak karena terjadinya gangguan pada likuiditas.
Editor: Tasrief Tarmizi
© Inacom. All Rights Reserved.