Cegah Kelebihan Pasokan, Teh Substandar Dihapus
Turunnya harga teh dunia secara signifikan dari tahun ke tahun menyebabkan pelaku industri teh internasional sepakat menghapuskan teh substandar dari pasaran. Di samping itu, negara-negara produsen teh dunia juga sepakat menunda perluasan perkebunan teh untuk mencegah terjadinya kelebihan suplai. Demikian diungkapkan Ketua Asosiasi Teh Indonesia Insyaf Malik, Rabu (20/7) lalu, terkait hasil Konferensi Pelaku Bisnis Teh Internasional (The 2nd International Tea Business Conference -- ITBC) yang diselenggarakan di Nusa Dua.
Dikatakannya, hasil pertemuan pelaku bisnis teh internasional yang diikuti 17 negara ini akan direkomendasikan dalam The 16th Session FAO Intergovernmental Group (IGG) on Tea Meeting yang berlangsung selama tiga hari (20 - 22 Juli) di Nusa Dua. ''Hasil pertemuan ITBC ini akan kami rekomendasikan dalam sidang FAO IGG on Tea Meeting,'' katanya.
Di samping membawa rekomendasi mengenai pentingnya penghapusan teh substandar dan penundaan perluasan perkebunan, dia mengatakan, negara-negara peserta ITBC sepakat melakukan promosi intensif, baik domestik maupun internasional mengenai pentingnya konsumsi teh.
Terkait promosi intensif dan pentingnya konsumsi teh, dia mengatakan, negara produsen teh dunia sedang berusaha mencari berbagai kegunaan teh di samping dikonsumsi sebagai minuman. Dikatakannya, peneliti dari Jepang sudah berhasil meneliti kegunaan katekin (zat yang ada dalam teh) untuk menghilangkan bau badan. Selain itu, berbagai kegunaan teh juga sebenarnya sudah diteliti dan terbukti berhasil mengurangi risiko penyakit, karena mengandung antioksidan dan antimutagenik. Malik menilai dengan mengetengahkan manfaat teh ini, konsumsi domestik di negara-negara produsen bisa meningkat sehingga permasalahan over supply teratasi.
Dia memaparkan selama ini produksi teh dunia mencapai 3,2 juta ton pada 2004 lalu. Jumlah ini meningkat sekitar 2 persen dibandingkan tahun 2003. Bahkan dari tahun ke tahun, demikian Malik, terjadi peningkatan produksi sehingga pasar dunia mengalami over supply. Akibat berlimpahnya produk ini, mau tidak mau harga teh dunia terus mengalami tekanan sehingga menjadi tidak profitable lagi. ''Penurunan harga yang signifikan ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan teh dunia. Dari tahun ke tahun terjadi over supply sekitar 2-3 persen yang mengakibatkan harga tertekan turun,'' jelas Malik. (mes)
Sumber : http://www.balipost.co.id