Permasalahan klasik ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional selalu berulang. Tak terkecuali teh. Komoditas yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia ini masih dihadapkan dengan setumpuk problem. Penurunan volume, nilai, pangsa pasar ekspor, dan rendahnya harga teh Indonesia, lebih disebabkan lemahnya daya saing dan citra teh Indonesia dibanding negara-negara lain. Hal ini berawal dari mutu produk teh yang kurang sesuai dengan selera pasar.
Berbicara tentang teh, tanaman teh sendiri berdasarkan ketinggian lahan terbagi menjadi tiga jenis yaitu jenis low grown, medium grown dan high grown tea. Umumnya, tanaman teh yang ditanam di Indonesia adalah jenis medium grown (50%) dan high grown (20%). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 30% adalah teh jenis low grown yang sebenarnya merupakan hasil grade medium grown yang bermutu rendah. Anehnya di Sri Lanka, meski teh yang ditanam semua berjenis low grown, namun dapat menghasilkan mutu teh setara medium teh-nya Indonesia.
Hal itulah yang menyebabkan posisi citra teh Indonesia di mata para pembeli dunia, menempati posisi ketiga setelah Sri Lanka dan India Utara. Beberapa kriteria yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan citra teh Indonesia berturut-turut mulai dari prioritas utama adalah kesesuaian jenis dan grade teh yang ditawarkan dengan permintaan pasar, rasa air seduhan, kenampakan partikel teh kering (appearance), harga jual, warna seduhan, aroma air seduhan, pelayanan penyelesaian claim, kenampakan ampas seduhan (infused leaf) dan jenis serta cara pengemasan.
Untuk memperbaiki jenis dan grade teh yang diproduksi, Indonesia hendaknya mengacu pada jenis dan grade teh yang dihasilkan oleh Sri Lanka sebagai negara nomor wahid dalam hal produksi teh yang bermutu. Dari sisi perbaikan rasa, aroma, warna seduhan teh, dan penampakan partikel (appearance) teh kering, Indonesia hendaknya mengacu pada teh orthodox yang dihasilkan oleh India Utara. Sementara itu, dalam perbaikan penyelesaian klaim, pihak eksportir teh Indonesia hendaknya mengacu pada cara-cara yang telah dilakukan oleh eksportir teh asal Cina, karena relatif murah.
Ulasan tersebut disampaikan oleh Rohayati Suprihartini, dalam disertasinya yang berjudul “Rancangbangun Sistem Produksi dalam Agroindustri Teh Indonesia” yang digelar pada 20 Oktober 2003 lalu di Ruang Sidang Rektor Kampus IPB Darmaga.
Peraih Gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB ini menambahkan, upaya peningkatan pertumbuhan ekspor teh Indonesia dapat dilakukan dengan meningkatkan komposisi produk teh dalam bentuk teh hitam kemasan, teh hijau kemasan dan teh hijau curah. Selain itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengaruh distribusi pasar dengan memilih negara-negara tujuan ekspor teh ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan pasar yang cukup tinggi. Dalam hal ini pihak eksportir teh Indonesia perlu mencontoh distribusi pasar teh Inggris. Meski tidak termasuk negara produsen teh, Inggris mampu mensuplai teh berkualitas ke negara potensial importir teh.
Di pasar global, pangsa pasar perdagangan teh dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari (1) Kelompok Pasar-1 yang meliputi pasar teh Polandia, Hongaria, Amerika Serikat dan Kanada (2) Kelompok Pasar-2 terdiri dari pasar Eropa Barat, Australia, Jepang, negara-negara Eropa Timur secara umum, Turki, negara-negara Amerika Utara dan Amerika Selatan secara umum, (3) Kelompok Pasar-3 meliputi pasar teh negara Pakistan, Afghanistan, Mesir, Malaysia, dan Singapura, (4) Kelompok Pasar-4 meliputi pasar teh negara Iran dan negara-negara Timur Tengah secara umum, dan (5) Kelompok Pasar-5 yang meliputi pasar teh negara-negara Irak, Siria, dan wilayah Rusia khususnya Federasi Rusia.
Kelompok Pasar-1, umumnya dapat menerima seluruh jenis teh, dengan persyaratan minimal mutu organoleptik relatif rendah yaitu hanya mutu sedang. Grade teh yang paling sering diminta adalah small grade (83%) dan selebihnya berupa broken grade (17%). Jenis teh yang dapat diterima di kelompok Pasar-2 adalah jenis teh high hingga medium grown. Grade teh yang paling diminati adalah broken grade (60%) dan selebihnya (40%) berupa small grade dengan persyaratan minimal mutu organoleptik mutu tinggi. Kelompok Pasar-3 menghendaki jenis teh medium hingga low grown dengan grade yang dikehendaki sebagian besar berupa small grade (75%), selebihnya broken grade (24%), dan mixed orthodox (1%). Sedangkan persyaratan minimal mutu organoleptiknya harus bermutu tinggi untuk atribut rasa seduhan dan appearance teh kering, untuk atribut lainnya hanya membutuhkan mutu sedang.
Kelompok Pasar-4 merupakan pasar yang berselera tinggi. Karena hanya menghendaki teh mutu sangat tinggi dan sangat ketat dalam persyaratan mutunya. Kelompok ini hanya menerima jenis teh low grown (100%). Sedangkan jenis grade yang dikehendaki sebagian besar leaf grade (84%), selebihnya broken grade (14%) dan small grade (2%). Kelompok Pasar-5 menghendaki jenis teh medium hingga low grown dengan grade yaitu broken grade (78%), sisanya leaf grade (14%) dan small grade (8%).
Ibu berputri satu ini juga mengatakan, dalam rangka memperbesar pangsa pasar teh Indonesia di Kelompok Pasar-1 hingga 5, diperlukan penyempurnaan proses produksi dan pelayanan seperti yang dikehendaki di masing-masing Kelompok Pasar. Salah satunya dengan mengaplikasikan paket program TMT (Techno Marketing of Tea) versi 1,0 yang sengaja dibuat untuk tujuan tersebut.
Program TMT 1,0 menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 dan untuk penanganan basis data digunakan Microsoft Access 2000. Paket program tersebut terdiri dari empat komponen utama yaitu Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Pengetahuan, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog.
Penemuan TMT versi 1,0 terbilang yang pertama. Aplikasi paket program TMT versi 1,0 sangat membantu untuk mempercepat upaya penyesuaian dan perbaikan proses produksi bagi perkebunan besar maupun perkebunan rakyat yang tergabung dalam satu unit pengolahan teh. Program TMT versi 1,0 juga berisi saran yang harus dilakukan oleh pengusaha teh dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas teh-nya.
Dari hasil verifikasi program komputer yang dibuat tadi, menunjukkan bahwa prioritas negara tujuan ekspor utama bagi teh Indonesia yang sebagian besar merupakan medium grown tea adalah Federasi Rusia. Saran penyempurnaan proses produksi utama untuk melayani pasar Federasi Rusia adalah penyesuaian program pelayuan, penggulungan, penggilingan, program sortasi basah dan sortasi kering sehingga diperoleh teh bubuk (broken grade) sekitar 91% dari total produksi. Perbaikan-perbaikan rekayasa proses tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan volume ekspor teh Indonesia, sehingga devisa yang diperoleh dapat meningkat secara signifikan.(aris) (mes)
Sumber : http://www.alumni-ipb.or.id