19 Apr 2006
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan PT Rekayasa Industri membentuk perusahaan patungan untuk membangun pabrik biodiesel. Pabrik yang direncanakan berkapasitas 60.000 ton hingga 100.000 ton biodiesel per tahun itu akan dibangun dengan investasi bernilai sekitar 25 juta dollar AS.
Perjanjian pembentukan perusahaan patungan tersebut ditandatangani di Jakarta, Selasa (18/4), oleh Presiden Direktur PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Ambono Janurianto dan Direktur Utama PT Rekayasa Industri Triharyo Indrawan Soesilo.
Perusahaan patungan yang dinamai PT Bakrie Rekin Bio- Energy ini akan mempunyai pabrik pertama yang memproduksi biodiesel dengan skala relatif besar di Indonesia.
Komposisi kepemilikan saham perusahaan patungan itu, 70 persen dimiliki PT BSP dan 30 persen oleh Rekayasa Industri.
"Konstruksi pabrik dilakukan awal tahun depan, diharapkan selesai dan bisa operasional dalam 18 bulan sampai dua tahun," kata Triharyo Indrawan Soesilo.
Potensi pasar biodiesel sebagai bahan bakar pengganti minyak solar yang saat ini terbuka luas di dalam dan luar negeri membuat kedua perusahaan ini meyakini prospek penjualan hasil produksinya.
Di dalam negeri produksi biodiesel perusahaan ini direncanakan akan dipasarkan untuk industri yang selama ini menggunakan solar dengan harga tanpa subsidi.
"Dibandingkan harga solar untuk industri yang tidak disubsidi, harga biodiesel ini sangat kompetitif," kata Ambono. Selain itu, biodiesel ramah lingkungan dan memiliki tingkat efisiensi energi lebih tinggi dibandingkan bahan bakar minyak solar.
Studi kelayakan
Hingga sekarang sekitar 30 persen dari total kebutuhan solar Indonesia sebanyak 27 juta ton per tahun,masih diimpor. "Mengingat besarnya kebutuhan itu, potensi biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar impor sangat besar," kataTriharyo.
Saat ini studi kelayakanusaha sedang dilakukan untuk menentukan lokasi pabrik. Alternatif lokasi yangtengah dipelajari adalah di daerah Jambi atau Batam.
Perusahaan patungan iniakan berupaya memproduksi biodiesel bukan hanya dengan bahan baku minyak kelapa sawit tetapi juga pohon jarak. Namun, pasokan bahan baku yang sekarang palingsiap untuk diolah menjadi biodiesel adalah kelapa sawit.
Bakrie saat ini memiliki 30.000 hektar lahan kelapa sawit. Pengembangan lahan masih dilakukan sehinggak etika pabrik biodiesel mulai beroperasi pada akhir 2008, kebutuhan bahan bakudapat dipasok dari sekitar 50.000 hektar lahan kelapa sawit milik Bakrie.
Total produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia tahun ini diperhitungkan sebesar 15,2 juta ton per tahun. Sejumlah 10,4 juta ton di antaranya diekspor.
"Sebagian besar CPO Indonesia yang diekspor itu, di luar negeri diolah untuk jadi biodiesel. Tentu akan lebih baik jika CPO itu bisa kita olah sendiri, ditingkatkan nilai tambahnya," Triharyo.
Dari sisi teknologi, Rekayasa Industri meyakini tidak lagi terdapat kendala. Satu-satunya hambatan adalah ketersediaan pasokan bahan baku. Melalui kerja sama dengan Bakrie kendala tersebut diyakini dapat teratasi.
Sementara itu, investordari Korea menunjukkan minat untuk membangun pabrik bio-etanol di Lampung. Investasi sebesar Rp 10 triliun akan direncanakan dikucurkan secara bertahap hingga 50 tahun ke depan.
Asisten Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Suryono SW, hari Selasa kemarin mengatakan, investasi itu akan diwujudkan dalam bentuk pembangunan dua pabrik bio-etanol yang masing-masing berkapasitas 300 kiloliter per hari.
Setidaknya setiap pabrik akan membutuhkan 6,5 ton singkong per hari. Kebutuhan singkong, diharapkan bisadipenuhi oleh petani Lampung.
Pada delapan tahun pertama akan dikembangkan lahan seluas 150.000 hektar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pabrik etanol. (DAY/HLN)
© Inacom. All Rights Reserved.