20 Oct 2015
"Kebakaran hutan secara masif ini tidak bisa dimaknai sebagai kebakaran hutan biasa. Ini ada sebuah operasi besar dari kepentingan-kepentingan internasional, terkait dengan persoalan pesaingan ekonomi global, negara-negara Eopa dan AS tidak mampu menahan arus CPO Indonesia karena bersaing dengan nabatinya mereka," kata Firman di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin.
Dia menyebutkan tidak pernah terjadi kebakaran yang massif seperti di Papua (sudah 3 bulan tidak dimatikan), Maluku yang tidak pernah terjadi kebakaran hutan, Sumbar, Jambi, Sumsel, Sulawesi, kalimantan. Itu hampir tak pernah terjadi. Selain itu, indikator lain soal adanya upaya sistematis adalah mulai ditariknya pesawat-pesawar seperti dari Jepang dan Australia yang sedianya untuk memadamkan api.
"Ya saya rasa itu upaya dari kepentingan internasional tadi," kata politisi Partai Golkar itu.
Apalagi, imbuhnya, ada perjanjian International Palm Oil Pledge (IPOP), yang menyepakati untuk tidak membeli CPO asal Indonesia.
"Mereka sudah berkali-kali mereka bikin black campaign bahwa CPO tidak layak dan terakhir penandatangan IPOP yang didukung 5 perusahaan termasuk perusahaan Cargill disepakati bahwa sawit Indonesia tidak boleh dibeli lagi kalau sawit diambil atau ditanam dan lahan gambut. Sementara lahan Indonesia adalah lahan gambut. Jadi tidak mempan dari aspek legalnya, tapi masuk ke aspek lingkungannya," ungkap Firman.
© Inacom. All Rights Reserved.