Ekspor teh India mulai cerah, targetkan peningkatan ekspor 20 juta kg
Menurut C.K. Dhanuka, Ketua Asosiasi Teh India (India Tea Association/ITA), pada tahun 2002 Iran mengenakan larang impor teh, terutama akibat menumpuknya stok yang mereka miliki. Tapi sekarang keadaannya mulai lebih baik dengan semakin banyaknya permintaan yang datang dari Iran.
“Kami berharap dapat mengekspor sebanyak 10 juta kg ke Iran tahun ini. Iran merupakan pasar teh orthodox yang kuat dan kami mesti meraihnya”. Iran memproduksi sekitar 50 juta kg teh pertahunnya, sementara konsumsi domestiknya sebesar 95 juta kg. “Ada pasar yang besar di Iran dan keadaan bergerak ke arah yang baik”.
ITA telah melirik pasar Iran, Irag dan Pakistan untuk meningkatkan ekspornya. “Kami berharap dapat meningkatkan ekspor sebesar 20 juta kg sampai dengan akhir tahun ini”, kata Dhanuka. Ekspor teh India turun dari 200 juta kg di tahun 2002 menjadi 180 juta ton kg di tahun 2003.
“Meredanya keadaan di Irak dan membaikknya hubungan dengan Pakistan, bersamaan dengan dicabutnya larangan impor teh oleh Iran membuat cerahnya prospek ekspor teh India ke negara-negara tersebut”, kata Dhanuka. “Kami beraharap juga menembus pasar Russia kali ini setelah menurun beberapa tahun terakhir”.
Sebuah delegasi teh India telah berkunjung ke Pakistan bulan lalu, sementara kelompok yang lainnya segera berangkat ke Russia untuk mendapatkan pembeli.
Dhanuka juga optimis terhadap pasar Pakistan. Konsumsi teh per kapita Pakistan yang besarnya 1 kg per tahun; dibanding India sebesar 600 grm, membuat negeri itu tujuan ekspor yang penting. “Kami memperkirakan ekspor ke Pakistan naik paling sedikit 2 juta kg. Tahun lalu ekspor ke Pakistan sekitar 7 juta kg”, katanya.
India merupakan negara produsen teh terbesar dunia, dengan daerah Assam yang terletak di timur laut India tercatat sebagai penghasil 55% dari total produksi teh India pada tahun yang lalu. Tapi produksi teh India kemungkian turun tahun ini dengan produksi diperkirakan sebesar 850 juta kg. “Sampai saat ini, angka produksi turun hampir 30 juta kg dibanding periode yang sama tahun lalu. “Tapi kami berharap terjadi kenaikan sampai dengan akhir tahun ini”, kata Dhanuka.
Industri teh India yang bernilai US$ 1,5 milyar itu kini tengah menghadapi krisis yang hebat selama beberapa tahun terakhir ini dengan merosotnya harga pada lelang mingguan, disamping menghadapi penurunan ekspor dan tingkat konsumsi domestik.
“Krisis meluas akibat jurang yang lebar antara pasokan dan permintaan secara global, dimana tingkat kosumsi teh dunia hanya naik 2%, sedangkan tingkat produksi naik 9%, disamping teh mutu rendah yang membanjiri pasar dunia. Terjadi kecenderungan resesi yang menyeluruh”, kata Dhanuka. “Merosotnya harga dan tingginya biaya produksi merupakan alasan yang dipakai industri teh India untuk lolos dari masa krisis ini. Kami menginginkan pemerintah pusat menghapuskan pajak dan menanggung 50% biaya sosial untuk membawa industri kembali ke rel-nya”, kata Dhanuka.
Penurunan harga dan ekspor India, secara luas dikaitkan dengan teh mutu rendah yang diproduksi oleh berbagai kebun India. Tapi Dhanuka mengatakan: “Kami tidak dapat menerima bahwa India memproduksi teh jelek. Kenyataannya, teh kami lebih unggul dibanding banyak negara lainnya. Kami butuh merendahkan harga kami dalam rangka persaingan di pasar dunia. Prioritas kami yang paling utama adalah menurunkan biaya produksi dengan cara apapun untuk meningkatkan kembali pangsa pasar kami secara global”.
Apa yang dikhawatirkan ITA adalah Russia beralih ke teh Sri Lanka dalam rangka mendapatkan teh yang baik dengan harga murah. “Russia merupakan pembeli terbesar dan beralihnya mereka ke teh Sri Lanka telah mengakibatkan ketidak-seimbangan ekspor India”, katanya.
“Teh India mendapat tekanan keras oleh teh murah yang dihasilkan Sri Lanka, Vietnam dan Indonesia. Di tempat lain seperti Vietnam dan Indonesia, biaya produksi 50% lebih kecil dibanding biaya produksi di India, sehingga membuatnya sanggup bertahan dalam persaingan internasional. Disamping itu, pengiriman teh dari India memakan waktu 45 hari untuk mencapai Russia, sementara teh Sri Lanka mengirimkan dalam 22 hari. Semua faktor ini berperan atas penyusutan pangsa pasar India di pasar dunia. “Untungnya, kami memiliki pasar domestik yang sangat besar dan hampir 80% total produksi di konsumsi oleh dalam negeri sendiri”, kata Dhanuka (mes)
Sumber : www.atimes.com, www.keralanext.com, www.sify.com (diolah)