KPBN News

2017, Komoditas Sawit Diprediksi Masih Kembang Kempis

Jumat, 25/11/2016 09:19 WIB
Bali, CNN Indonesia -- Akademisi dari Universitas Cornell, Iwan Jaya Azis memperkirakan, sektor industri kelapa sawit pada tahun depan tak akan cukup memuaskan seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi belum juga menggeliat.
`Prospek pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak akan lebih baik bahkan lebih jelek dari tahun ini. Itu akan berpengaruh terhadap permintaan dan harga komoditas, termasuk kelapa sawit,` ungkap Iwan di perhelatan 12th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2016 di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11).Iwan bilang, pertumbuhan ekonomi global di tahun depan diperkirakan justru hanya sekitar 3 persen atau bahkan di bawahnya. Sementara, pertumbuhan ekonomi global tahun ini diprediksi hanya mencapai kisaran 3 persen sampai sedikit di atasnya.Pertumbuhan ekonomi global yang belum menggeliat tersebut, dipastikan Iwan membuat sejumlah negara yang biasa mengimpor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) mengurangi permintaan. Otomatis, permintaan yang tak tinggi membuat harga CPO tak dapat kembali ke masa kejayaan, yang pernah mencapai US$750 per ton. Namun begitu, Iwan tak ingin meramal, berapa kisaran harga CPO pada tahun depan.Adapun tiga faktor ini, kata Iwan, sesungguhnya sangat tarik-menarik. Pasalnya, Iwan mencatat, dari sisi sebaliknya, nilai perdagangan CPO memberi kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Namun begitu, Iwan melihat masih ada potensi lain, yang meski tak besar tapi memiliki pergerakan ke atas, yakni dari komoditas biofuel dan biodiesel. `Peluangnya adalah biofuel dan biodiesel. Tapi itu tergantung bagaimana negara maju yang dituju, karena mereka mau meninggalkan minyak fosil dan subtitusi ke biofuel dan biodiesel,` kata Iwan.Adapun potensi ini, lanjut Iwan, masih cukup besar dipegang oleh hubungan perdagangan antara Indonesia ke Amerika Serikat (AS).Tak Terpengaruh Donald TrumpIwan menyebutkan, perdagangan biofuel dan biodesel antara Indonesia-AS memiliki potensi yang baik di tahun 2017. Sebab, AS merupakan salah satu negara yang memiliki minat besar untuk melakukan subtitusi penggunaan minyak fosil ke yang lebih ramah lingkungan.Ia juga menepis sentimen negatif pada perdagangan antara Indonesia-AS sekalipun bila Donald Trump, pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS ke-45, lebih mengutamakan impor minyak fosil.`Yang akan bergerak untuk ekspor biofuel dan biodiesel adalah pihak swasta. Trump bisa berubah (dari mengutamakan penggunaan minyak fosil) karena adanya tekanan dari pemerintahan untuk mengurangi ketergantungan AS terhadap minyak fosil. Itu tidak bisa dihindari, with Trump or without Trump akan mengutamakan biofuel dan biodiesel,` jelas Iwan. (gir)
https://cnnindonesia.com/ekonomi/20161125012721-85-175124/2017-komoditas-sawit-diprediksi-masih-kembang-kempis/