09 May 2019
Suatu penilitian baru, dikutip dalam jurnal biokimia bernutrisi, bahwa teh hijau dapat meningkatkan kesehatan usus dan melindungi dari obesitas.
Penelitian tersebut dilakukan pada Universitas Ohio State dan menganalisis dampak dari teh hijau yang dikonsumsi pada dua grup tikus jantan. Salah satunya diberikan diet high-fat pada periode 8 minggu yang secara sengaja untuk menunjukkan obesitas, sedangkan grup lainnya diberikan diet reguler (Tikus betina tidak diikutsertakan karena resistansi terhadap makanan yang menyebabkan obesitas). Ekstrak teh hijau dicampurkan dalam makanan pada setengah dari masing-masing grup (setengah pada grup dengan diet high-fat, setengah pada grup dengan diet reguler). Pada akhir dari percobaan (2 bulan), tim penelitian meneliti , (1) sel lemak dan ukuran badan, (2) kenampakan usus bocor, pembengkakan pada sel lemak, dan saluran pencernaan, dan terakhir (3) komposisi mikroba dalam pencernaan.
Hasilnya sangat memukau. Tikus yang diberikan diet high-fat dan disuplementasikan dengan ekstrak teh hijau menambah berat badan 20 persen lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak dibarengi dengan teh hijau. Pada grup yang lain tidak terlihat efek yang signifikan . parameter lain menunjukkan bahwa suplemen teh hijau memproduksi bakteri sehat untuk masing-masing diet : resistensi rendah terhadap insulin dan pembengkakan usus lebih sedikit.
Keterbatasan yang jelas terlihat untuk mengambil kesimpulan dari penelitian ini adalah meskipun tikus mendekati manusia dari segi genetis, biologis, dan karakteristik perilaku, namun tidak 100 persen sama. Pada penelitian spesies hewan pengerat, 95 persen dari seluruh subyek tes medis, tidak dapat diterapkan pada manusia.
Namun, banyak artikel mengartikan hasil dari teh hijau benar-benar meningkatkan pengurangan kebocoran usus, namun tidak secara firm terdukung oleh sains. Kebocoran adalah dalil namun klaim yang kurang berbasis bahwa dinding pelindung isi perut dapat kehilangan daya tahan dan dapat menghasilkan lubang-lubang mikro. Kebocoran isi perut dapat dilihat sebagai penyakit biasa oleh ahli-ahli nutrisi dan merupakan sindrom yang diasosiasikan dengan pembengkakan perut, gas perut, sensitivitas terhadap makanan, dan keram-keram. Ahli fisik lebih cenderung menganggapnya sebagai efimisme (ibarat yang lebih halus) untuk hypochondria, atau sinyal dari penyakit lain yang membutuhkan diagnosa lebih lanjut. Belakangan, terjadi perubahan kecenderungan terhadap konsensus. Berikut adalah kesimpulan direktur dari salah satu klinik nutrisi terdepan di amerika : “ Kami tahu bahwa [kebocoran] ada, namun dengan minimnya [bukti sains (scientific evidence)], kami tidak tahu apa arti sebenar-benarnya atau apa tindakan langsung yang dapat dilakukan oleh ahli-ahli terapis. “
Isi Perut manusia memiliki sistem yang luar biasa kompleks dan teknologi ter-muktahir dari biologi molekul belum dapat menerjemahkan dinamikanya. Berikut beberapa fakta tentang isi perut manusia :
Richard Bruno, peneliti utama dari tim peneliti teh hijau sangat berhati-hati dalam menyimpulkan analisanya : “ penelitian ini menimbulkan bukti bahwa teh hijau mendorong pertumbungan bakteri baik untuk usus, dan dapat berujung manfaat yang dapat mengurangi resiko obesitas “, Beliau menekankan kebutuhan akan penelitian pada manusia dan evaluasi dosis dan pembentukan dari obat-obatan yang berpotensi digunakan untuk terapi penyembuhan.
Beliau lebih empatis dalam harapan dan ekspektasi : “dua per tiga dari dewasa yang ada di Amerika berlebihan berat badan atau obesitas dan kami mengetahui bahwa hanya dengan menghimbau untuk makan lebih sedikit dan berolahraga tidak lagi efektif. Sangat penting untuk membuat suplemen dari pendekatan promosi kesehatan”. Secara informal beliau mengestimasikan teh yang diminum minimal satu cup sehari dapat menyehatkan tubuh atau memenuhi kebutuhan asupan tubuh dengan pola makan yang berbeda-beda.
Sumber : Worldteanews.com
© Inacom. All Rights Reserved.