28 Jul 2006
"Pengembangan tanaman jarak pagar sangat prospektif dan kita perlu para ahli, termasuk kemungkinan mengembangkan produk-produk turunannya," kata Prof Robert Manurung, peneliti pada Pusat Penelitian Bioteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB), ketika dihubungi seusai rapat rencana pengembangan energi alternatif di Jakarta, Kamis (27/7).
Robert merupakan tokoh di balik ekspedisi minyak jarak murni sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Ekspedisi menguji tiga mobil bermesin diesel Mitsubishi telah menempuh jarak sekitar 3.200 kilometer dari Atambua (NTB)-Denpasar-Bandung-Jakarta.
Khusus untuk program doktor itu, Pemerintah Belanda menghibahkan dana melalui institusi The Netherlands Royal Academic of Arts and Sciences sebesar 1 juta Euro. Kedelapan kandidat yang terpilih dari beberapa pelamar akan belajar di Universitas Groningen dan Universitas Wageningen, Belanda.
Masa belajar dijadwalkan berlangsung empat tahun, masing-masing dua tahun di Belanda dan dua tahun di Indonesia. Mereka dibimbing bersama promotor dari Indonesia dan Belanda. "Di Belanda mereka akan meneliti di laboratorium yang lebih lengkap dibandingkan di Indonesia," kata Robert.
Belanda disebut-sebut sebagai salah satu negara yang dengan jelas mendukung pengembangan energi alternatif, khususnya yang bersumber dari tanaman jarak pagar. Beberapa pihak menolak energi yang bersumber dari minyak kelapa sawit, karena pembudidayaannya monokultur dan kurang ramah lingkungan.
Kedelapan kandidat doktor, diantaranya berasal ITB, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Mereka secara khusus akan meneliti perbaikan kualitas minyak jarak dan berbagai produk turunannya, termasuk pemanfaatan limbah biji jarak. Menurut Robert, salah satu penelitian yang sedang dikembangkan adalah pembuatan plastik yang dapat terdegradasi secara biologi. Adapun bahan bakunya berasal dari tanaman jarak dan singkong.
Secara terpisah, Prof HJ Heeres dari Universitas Groningen yang mengikuti perkembangan ekspedisi minyak jarak murni mengatakan, energi alternatif yang bersumber dari jarak pagar sangat penting untuk masa depan. Karena itu, berbagai penelitian serius layak dikembangkan. "Ini momentum yang sangat bersejarah. Lima puluh tahun mendatang, anak cucu kita akan mengenang peristiwa ini," katanya ketika turut menyambut tim di Mataram, NTB.
© Inacom. All Rights Reserved.