KPBN News

Bulog Segera Beli Gula Petani Jatim

JAKARTA — Perum Bulog segera menyerap gula petani sebesar 25.000 ton di wilayah Jawa Timur setelah melakukan kontrak kerja sama dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia. Penyerapan berikutnya dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan bahwa penyerapan sebanyak 25.000 ton berdasarkan jumlah gula petani yang tersedia di gudang. Angka ini masih dimungkinkan bertambah.
Bulog juga masih menunggu informasi dari APTRI mengenai jumlah gula petani yang tersedia di gudang guna penyerapan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
`Ini baru kontrak dan masih menunggu hasil cek kualitas,` katanya, Senin (25/9).
Direktur Keuangan Perum Bulog Iryanto Hutagaol menyebutkan bahwa badan logistik itu akan menyerap sekitar 1,20 juta ton—1,40 juta ton gula milik petani dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) hingga akhir tahun ini. Penyerapan ini akan menambah stok gula konsumsi di gudang Bulog sebesar 400.000 ton.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas mengenai kebijakan gula pada 15 Agustus 2017, Bulog ditugaskan menyerap gula petani dan pabrik gula BUMN yang memenuhi Standar Nasional Indonesia dengan harga Rp9.700/kg tanpa dikenakan pajak pertambahan nilai. Rakortas juga memutuskan penjualan gula curah hanya dapat dilakukan oleh Bulog.
Sementara itu, APTRI berharap penyerapan gula petani oleh Perum Bulog dapat dilakukan mulai pekan ini. Harapan ini menyusul uji mutu gula oleh PT Sucofindo yang dijadwalkan selesai pekan ini.
Bendahara APTRI Sunardi Edi Sukamto menyampaikan, jumlah penyerapan oleh berdasarkan gula petani yang tersedia di gudang. Data yang telah masuk ke APTRI di antaranya sebanyak 37.000 ton gula petani ada di PTPN XI.
`Total memang ada sekitar 300.000 ton gula petani. Namun, penyerapan sesuai pengajuan setiap wilayah PTPN maupun [PT] RNI [Rajawali Nusantara Indonesia] dengan melihat gula yang siap di gudang,` katanya.
Petani harus menunggu hasil uji mutu gula selama 5 hari setelah sampel diambil. Mereka memperoleh informasi bahwa uji mutu gula oleh Sucofindo akan selesai pekan ini. Setelah itu, Bulog mulai melakukan penyerapan gula petani.
`Ada ketentuan SNI mengenai ICUMSA yakni dari 80-120 dan 120-300. Jika lebih dari itu, maka Bulog tidak membeli,` imbuhnya.
International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis (ICUMSA) merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyusun metode analisis kualitas gula dengan anggota lebih dari 30 negara. Berkaitan dengan warna gula, ICUMSA telah membuat peringkat atau grade kualitas warna gula.
BELI LAHAN
Sementara itu, PTPN XI menginvestasikan Rp116 miliar untuk membeli lahan tebu sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi tebu sendiri sejalan dengan meningkatnya kapasitas pabrik gula di Lumajang dan Situbondo di Jawa Timur.
Direktur Utama PTPN XI M. Cholidi mengatakan bahwa dalam membeli lahan di kawasan Situbondo yang berbatasan dengan Taman Nasional Baluran, perseroan menggandeng Bank Mualamat untuk pembiayaan pembelian lahan.
`Dari total investasi tersebut, sebesar Rp25 miliar dari internal kami, dan kekurangannya mendapat pembiayaan dari Bank Muamalat,` katanya di Surabaya, Senin (25/9).
Dia menjelaskan total lahan yang telah dibeli tersebut seluas 267 hektare. Lahan yang merupakan bekas tanaman pohon kapuk tersebut dipilih lantaran dinilai potensial untuk ditanami tebu. Apalagi, di depan kawasan lahan itu terdapat bendungan atau Waduk Bajulmati yang bisa dimanfaatkan untuk sistem irigasi atau pengairan sawah.
Cholidi menambahkan, pembelian lahan baru kali merupakan hal yang sangat spesial karena setelah sekian lama perseroan tidak pernah melakukan pengadaan lahan. Justru lahan tebu semakin hari semakin menyusut.
`Sejak kami bekerja, untuk pengadaan lahan baru ini cukup langka. Sekarang ini lahan sudah siap dan sudah dibuka jalur irigasi paralelnya.`
Adapun total lahan tebu sendiri seluas 8.500 ha dengan tambahan 367 ha. Namun, secara total kepemilikan terdapat 10.000 ha, sebanyak 1.500 ha dipergunakan untuk pengembangan bibit dan lainnya.
Adapun, total luas area tanam tebu baik milik perseroan maupun milik petani yakni mencapai 471.000 ha.
Cholidi menuturkan, perlunya mendongkrak produksi tebu dengan menambah lahan tanam karena tahun depan pabrik gula (PG) Assembagoes dan PG Djatiroto sangat membutuhkan bahan baku tebu untuk digiling setelah revitalisasi/peningkatan kapasitas produksi pabrik rampung.
Kedua pabrik tersebut merupakan pabrik yang mendapat dukungan revitalisasi dari penyertaan modal negara sebesar Rp650 miliar dengan perincian PG Djatiroto Rp400 miliar dan PG Assembagoes Rp250 miliar.
Kapasitas giling PG Assembagoes ditingkatkan dari 3.000 ton tebu per hari menjadi 6.000 ton per hari dan PG Djatiroto dari 7.500 ton per hari menjadi 10.000 ton per hari.
Dengan peningkatan kapasitas giling itu, kedua pabrik diperkirakan mampu menghasilkan kelebihan energi dari pengoperasian boiler dan generator turbin.
`Masing-masing PG akan menghasilkan excess power atau kelebihan energi listrik 10 MW. Jadi, 20 MW excess power ini siap dijual kepada PLN Jatim,` kata Cholidi. (B)
Sumber : http://kalimantan.bisnis.com
--------------------------------------------
24 September 2017Ini Alasan Produksi Gula Konsumsi Dipatok Naik
JAKARTA - Pemerintah menetapkan perhitungan produksi gula konsumsi untuk sementara pada 2017 sebesar 2,38 juta ton, naik dibandingkan produksi 2016 sebesar 2,2 juta ton.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian Agus Wahyudi menyampaikan rapat taksasi gula 2017 yang digelar di Bogor pertengahan September ini, menetapkan prediksi produksi gula tahun ini sebesar 2,38 juta ton - 2,4 juta ton.
Pemerintah berharap produksi gula konsumsi dapat mencapai 2,4 juta ton sejalan dengan cuaca yang mendukung. `Saat ini giling belum habis. Giling akhir mungkin Desember. Mudah-mudahan bisa tercapai 2,4 juta ton. Ini cuacanya sedang bagus,` kata dia yang tengah berada di Sulawesi Tenggara dihubungi Bisnis pada Jumat (22/9).
Rapat taksasi gula dihadiri produsen gula konsumsi berbasis kebun, akademisi dari Institut Pertanian Bogor, perwakilan dari Kementerian Perindustrian, dan perwakilan dari Kementerian Pertanian.
Rapat tersebut mencatat perkembangan data produksi gula dan menghitung perkiraan produksi sampai akhir tahun. Angka ini yang akan menjadi pertimbangan kebijakan impor tahun berikutnya.
Menurut dia, kenaikan produksi gula tahun ini karena terbantu cuaca yang membaik sehingga produksi dapat meningkat. Berbeda dari 2016 yang ketika itu hujan terjadi hampir sepanjang tahun sehingga produksi menurun.
Meski produksi meningkat dari tahun lalu, tetapi masih belum menutupi kebutuhan gula konsumsi nasional sebesar 2,8 juta ton per tahun. Sehingga masih ada kekurangan gula konsumsi 400.000 ton - 500.000 ton.

`Iya defisit. Kami hanya memberi data saja ke Menteri Perdagangan. Angka ini yang akan menjadi pertimbangan kebijakan impor tahun depan. 2018, prognosanya sekarang,` kata dia.
Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) yang mengikuti jalannya taksasi gula konsumsi, Purwono menyampaikan produksi gula konsumsi hingga akhir tahun berpotensi kurang dari 2,38 juta ton. Sebab, produksi hingga September baru tercapai 1,9 juta ton - 2 juta ton.
Menurut dia, pemerintah dinilai perlu menggelar rapat koordinasi terbatas kebijakan impor gula raw sugar untuk diolah menjadi gula kristal putih untuk menutup kekurangan gula konsumsi. `Angka ini yang seharusnya dipakai untuk menghitung neraca. Kesalahannya paling 2%-3%,` kata dia ditemui usai mengikuti Rembug Jagung Nasional di Jakarta pada Rabu (20/9).
Agus menambahkan Kementerian Pertanian saat ini tengah mendata kebutuhan bongkar ratoon berdasarkan laporan dari daerah. Kementerian Pertanian berencana memperluas area tanam tebu dengan total 15.000 ha.
`Itu masih total, Kami masih menunggu laporan dari seluruh daerah. Nanti akan ketemu berapa angka bongkar ratoon dan perluasan. Saat ini belum selesai,` kata dia.
Sumber : www.industri.bisnis.com
--------------------------------------

7 Juni 20172019, Pemerintah Targetkan Produksi Gula Tembus 5 Juta Ton
Bisnis.com, MALANG—Pemerintah menagetkan produksi gula dalam negeri bisa menembus 5 juta ton di 2019 dengan program revitalisasi pabrik gula (PG) maupun penambahan PG baru.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan kebutuhan gula nasional saat ini sekitar 6 juta ton/tahun, yakni 3 juta ton untuk konsumsi, sedangkan 3 juta ton untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.
“Sementara produksi gula eksisting nasional masih mencapai 2,5 juta-2,8 juta ton/tahun. Jadi masih sangat jauh,” katanya di sela-sela penyerahan bantuan “Paket Ramadan” pada kegiatan “BUMN hadir untuk Negeri” di kebun teh Wonosari, Kec. Lawang, Kab. Malang, Jawa Timur, Selasa (6/6/2017).
Program revitalisasi PG BUMN, kata dia, sampai saat terus berjalan. Seperti di PG milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII, ada tiga PG yang direvitalisasi, yakni di Asembagus dari 3.000 ton cane day (TCD) menjadi 6.000 TCD, Jatiroto 7.000-10.000 TCD, dan Magetan 3.000-4.000 TCD.
PG Krebet Baru kapasitas gilingnya juga ditingkatkan lagi dari 12.000 TCD menjadi 15.000 TCD karena bahan bakunya sangat bagus di Kab. Malang. Petani masih dapat memasok tebu ke PG yang kapasitasnya telah ditingkatkan.
“Jumlah tebu yang dihasilkan lebih banyak daripada kapasitas giling tebu di PG-PG yang ada di daerah sini,” katanya.
Karena itulah, ketika direkasi PT PG Rajawali meminta persetujuan kepada dirinya untuk meningkatkan kapasitas giling dari 12.000 TCD menjadi 16.000 TCD, langsung menyetujuinya. Apalagi kinerjanya PG Krebet Baru juga bagus.
Pendanaan dari program revitalisasi PG-PG tersebut, kata dia, campuran, ada Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjama komersial.
“Kalau RNI langsung komersial karena kinerjanya sudah cukup baik, kalau PTPN XI PMN dan komersial. Proporsinya, PMN 35% dan 65% komersial supaya kapasitasnya menjadi lebih besar,” ucapnya.
Total kapasitas giling eksisting PG di bawah PTPN XI, sebanyak 41.000 TCD. Dengan direvitalisasi tiga PG baru, maka akan ditingkatkan menjadi 45.000 TCD.
Investasi untuk merevitalisasi PG-PG di PTPN XI, mencapai Rp3,1 triliun, sedangkan yang sudah berjalan mencpai Rp1,6 triliun.
Menurut Rini, untuk mencapai produksi gula sebesar 5 juta ton di 2016, pemerintah juga mendorong pendirian dua PG baru di Jatim dan Jateng. PG baru di Jatim rencananya berada Asembagus, Situbodo, sedangkan di Jateng di Comal dengan kapasitas giling masing-masing 10.000 TCD, namun pada tahap awal operasi diperkirakan hanya 6.000 TCD. Investasi untuk pendirian PG dengan kapasitas giling 6.000 TCD mencapai Rp2 triliun.
Pendirian PG di dua tempat tersebut dengan pertimbangan potensi tebunya masih banyak sehingga dapat memasok tebu di pabrik tersebut.
Dua PG tersebut nantinya akan ditangani PTPN holding dengan menggandeng mitra swasta, baik dalam negeri maupun asing. Mitra asing yang menyatakan berminat untuk investasi dari India, Taiwan, dan Thailand.
Dengan adanya revitalisasi PG-PG BUMN, kata dia, maka di 2018 produksi gula nasional bertambah menjadi 1,8-2 juta ton khusus dari PG-PG BUMN. Dengan pendirian PG baru BUMN maka produksi gula akan meningkat lagi menjadi 2,5 juta ton, sedangkan targetnya mencapai 3 juta ton di 2019 khusus untuk PG-PG BUMN.
Ditambah dengan PG swasta, maka produksi gula akan meningkat menjadi 4 juta ton di 2019.
Untuk mencapai 5 juta ton di 2019, kata dia, maka dibutuhkan pendirian 6 PG baru dengan kebutuhan investasi Rp12 triliun dengan asumsi kapasitas gilingnya mencapai 6.000 TCD. Namun karena keterbatasan lahan, maka lokasinya diarahkan di luar Pulau Jawa dengan dengan melibatkan swasta.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indidonesia Arum Sabil mengatakan program revitalisasi PG oleh pemerintah sudah berjalan bagus. Namun program tersebut idealnya harus terintegrasi.
“Artinya yang dibenahi bukan hanya PG, namun juga petaninya. Intinya, budi daya tebu oleh petani harus bagus sehingga ada nilai tambah bagi petani saat PG sudah ditingkatkan kapasitas gilingnya,”ucapnya.
Sumber : www.industri.bisnis.com

7 Juni 2017Revitalisasi Pabrik Gula BUMN Jalan Terus
MALANG - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan program revitalisasi pabrik gula milik BUMN terus berjalan untuk meningkatkan target produksi yang ditetapkan sebesar 5 juta ton pada 2019.
`Ada beberapa PG yang masuk program revitalisasi seperti PG milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII,` kata Rini Soemarno di sela penyerahan bantuan paket Ramadhan dalam kegiatan `BUMN Hadir untuk Negeri` di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa malam.
Ia menyebutkan ada tiga PG yang direvitalisasi yakni di Asembagus dari 3.000 ton cane day (TCD) menjadi 6.000 TCD, Jatiroto 7.000-10.000 TCD, dan Magetan 3.000-4.000 TCD.
Selain melakukan program revitalisasi PG, lanjutnya, juga diupayakan ada peningkatan kapasitas giling seperti PG Krebet Baru ang kapasitas gilingnya saat ini mencapai 12 ribu TCD menjadi 15 ribu TCD. Apalagi, bahan bakunya sangat bagus dan petani pun mampu memasok tebu ke PG melebihi kapasitas yang dibutuhkan.
Karena itulah, kata Rini, ketika direksi PT PG Rajawali meminta persetujuan kepada dirinya untuk meningkatkan kapasitas giling dari 12.000 TCD menjadi 16.000 TCD, langsung menyetujuinya, apalagi kinerja PG Krebet Baru juga bagus.
Menyinggung pendanaan program revitalisasi PG-PG tersebut, Rini mengatakan campuran, ada Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjama komersial.
`Kalau RNI langsung komersial karena kinerjanya sudah cukup baik, kalau PTPN XI PMN dan komersial. Proporsinya, PMN 35% dan 65% komersial agar kapasitasnya menjadi lebih besar,` ujarnya.
Total kapasitas giling eksisting PG di bawah PTPN XI, sebanyak 41.000 TCD. Dengan direvitalisasi tiga PG baru, akan ditingkatkan menjadi 45.000 TCD. Investasi untuk merevitalisasi PG-PG di PTPN XI tersebut mencapai Rp3,1 triliun, sedangkan yang sudah berjalan mencpai Rp1,6 triliun.
Ia mengatakan untuk mencapai produksi gula sebesar 5 juta ton di 2019, pemerintah juga mendorong pendirian dua PG baru di Jatim dan Jateng. PG baru di Jatim rencananya berada di Asembagus, Situbodo, sedangkan di Jateng di Comal dengan kapasitas giling masing-masing 10.000 TCD.
Namun, pada tahap awal operasi diperkirakan hanya 6.000 TCD. Investasi untuk pendirian PG dengan kapasitas giling 6.000 TCD mencapai Rp2 triliun. Pendirian PG di dua tempat tersebut dengan pertimbangan potensi tebunya masih banyak sehingga dapat memasok tebu di pabrik tersebut.
Dua PG itu nantinya akan ditangani PTPN holding dengan menggandeng mitra swasta, baik dalam negeri maupun asing. Mitra asing yang menyatakan berminat untuk investasi dari India, Taiwan, dan Thailand.
Lebih lanjut, Rini mengatakan dengan adanya revitalisasi PG-PG BUMN, pada 2018 produksi gula nasional bertambah menjadi 1,8-2 juta ton khusus dari PG-PG BUMN. Dengan pendirian PG baru BUMN, maka produksi gula akan meningkat lagi menjadi 2,5 juta ton, sedangkan targetnya mencapai 3 juta ton di 2019 khusus untuk PG-PG BUMN.
Untuk mencapai kapasitas produksi 5 juta ton di 2019, kata dia, dibutuhkan pendirian 6 PG baru dengan kebutuhan investasi Rp12 triliun dengan asumsi kapasitas gilingnya mencapai 6.000 TCD. Namun, karena keterbatasan lahan, lokasinya diarahkan di luar Pulau Jawa dengan melibatkan swasta.
Kebutuhan gula nasional saat ini sekitar 6 juta ton per tahun, yakni 3 juta ton untuk konsumsi dan 3 juta ton lainnya untuk kebutuhan industri makanan dan minuman. Sementara itu, lanjutnya, produksi gula eksisting nasional masih mencapai 2,5 juta-2,8 juta ton/tahun, sehingga masih sangat jauh dari angka kebutuhan.
Semenatra itu Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indidonesia Arum Sabil mengatakan program revitalisasi PG oleh pemerintah sudah berjalan bagus. Namun, program tersebut idealnya harus terintegrasi.
`Artinya yang dibenahi bukan hanya PG, tetapi juga petaninya. Budi daya tebu oleh petani harus bagus sehingga ada nilai tambah bagi petani saat PG sudah ditingkatkan kapasitas gilingnya,` katanya. (ant/gor)
Sumber : www.id.beritasatu.com