Berita Terbaru

21 Oct 2015

Dampak Kabut Asap' Singapura Ancam Boikot Sawit

Dampak Kabut Asap' Singapura Ancam Boikot Sawit

MedanBisnis - Jakarta. Industri minyak sawit atau crude palm oil (CPO) menghadapi tantangan di tengah kabut asap akibat kebakaran hutan. Singapura menjadi satu negara yang mengancam boikot beberapa produk asal Indonesia termasuk CPO.


Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, industri sawit membawa manfaat sangat besar bagi negara. Kementeriannya akan berusaha membantu dan mendukung para pelaku usaha di bidang yang menyerap puluhan juta tenaga kerja ini. "Kondisi industri sawit tentunya penuh tantangan. Dengan adanya kebakaran tetap harus semangat," ungkap Mendag ditemui usai Forum Ekspor 2015 'Palm Oil As An Indonesian Export Prime Mover' di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (20/10).

Menurutnya, aksi boikot beberapa produk asal Indonesia oleh Singapura dilakukan retailer dan LSM di Singapura, bukan pemerintah. "Setahu saya boikot dilakukan oleh retailer dan LSM di Singapura, bukan oleh pemerintah Singapura. Jadi itu B to B (business to business), bukan G to G (government to government). Kalau saya pribadi, cenderung melihat fokus ke akar masalahnya dan melihat jangka panjang," jelasnya.

Lembong mengaku belum mengetahui perusahaan mana yang sudah kena dampak boikot akibat kebakaran hutan. "Saya belum pelajari soal itu dan perusahaan mana yang sudah kena boikot. Pemerintah tentu terus pantau dan perhatikan. Tapi kita sadar nggak bisa menindak semua hal," ucapnya.

Ketua Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Herdrajat melihat adanya kebakaran hutan penyebabnya bukanlah perusahaan sawit saja, melainkan ada faktor alam. "Kita (perusahaan sawit) dianggap sebagai penyebab kebakaran hutan. Padahal ekspansi lahan bukan hanya dilakukan oleh perusahaan sawit. Masih ada yang lebih luas ekspansinya seperti industri pulp," jelasnya.

Herdrajat mengatakan harus ada upaya memperbaiki pandangan internasional terkait produk CPO Indonesia di tengah luasnya lahan hutan yang terbakar. "Saya setiap ketemu orang di luar negeri berusaha menyampaikan kalau ini faktor iklim. Kita tidak bisa mencegah faktor iklim dan kondisi alam. Kita perlu promosi dan advokasi," tambahnya.

Tak Beli Lahan
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengakui perusahaan sawit menjadi pihak yang dituduh penyebab kebakaran hutan hingga menimbulkan kabut asap, karena itu meminta perusahaan sawit tidak membeli lahan yang bekas dibakar. "Kami harap pihak yang melakukan pembakaran di lahan sendiri bisa ditindak tegas. Asosiasi di bawah DMSI saya imbau agar tidak membeli lahan yang dibakar untuk ditanami kelapa sawit. Perusahaan jangan memakai lahan terbakar yang dibuka secara ilegal," ungkapnya.

Derom juga menekankan hal tersebut kepada perusahaan-perusahaan di bawah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Pengusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo).
Lahan yang dibuka dengan cara dibakar, menurut Derom, memang lebih murah tetapi tidak sesuai dengan prinsip produksi sawit secara berkelanjutan.

"Pengusaha jangan jadi penadah lahan terbakar. Supaya tidak ada lagi yang membakar dan tidak dituduh lagi perusahaan sawit yang membakar," tegasnya.
Dia mengatakan, ada tiga langkah yang dilakukan DMSI bersama asosiasi di bawahnya. "Kami ingin pastikan ke depan penyebabnya bukan perusahaan sawit," jelasnya.

Langkah kedua, kata Derom, dengan mencari tenaga ahli dalam mengantisipasi sejak dini soal pencegahan titik api di lahan perkebunan sawit. "Ketiga kami buka pengaduan untuk keluhan pengusaha-pengusaha yang dirugikan akibat ulah pihak-pihak mendiskreditkan sawit," tukasnya.

Derom mengemukakan pula Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak sawit atau crude palm oil (CPO) di dunia. Bahkan dalam 20 tahun terakhir, produksi CPO dalam negeri naik 15 kali lipat. "Dalam perkembangannya, ekspor minyak sawit Indonesia tumbuh sangat pesat. Awalnya saat tahun pertama sama-sama produksi, Malaysia menghasilkan 330 ribu ton sedang Indonesia separuhnya 160 ribu ton. Saat ini produksi Indonesia sudah lebih dari 100 kali lipat," kata Derom.

Derom menjelaskan, ekspor minyak sawit Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan selama 20 tahun terakhir. "Pada 1995 ekspor CPO kita sebesar 2 juta ton. Kemudian naik menjadi 2,5 juta ton pada 2001. Sepuluh tahun kemudian menjadi 12 juta ton pada 2011 dan 23 juta ton pada 2014 lalu," jelasnya.
Peningkatan ekspor CPO Indonesia mengalahkan Malaysia. "Malaysia juga meningkat tapi hanya dari 5 juta ton menjadi 12 juta ton. Sehingga pada perdagangan luar negeri, Indonesia ekspor terbesar minyak nabati di dunia," ucapnya.

Menurut Derom, perkembangan tersebut bukan tanpa hambatan. Dia menyinggung masih kuatnya kampanye negatif produk minyak sawit Indonesia. "Peningkatan produk ekspor sangat pesat menjadi perhatian dunia terutama LSM. Penting bagi pengusaha untuk melakukan pendekatan pasar melalui diplomasi untuk mencegah kampanye negatif yang menghambat produk kita diekspor," ujarnya. (dtf)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/10/21/193391/singapura-ancam-boikot-sawit/#.VicVhW5na1s


Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.