02 Aug 2006
Pencapaian produksi 140 juta butir kecambah itu sudah setara dengan kebutuhan tahunan nasional per 2006. Capaian produksi itu sendiri ditimbang terus naik hingga tahun depan mendekati 150 juta butir.
Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi Ditjen Perkebunan Deptan Darmansyah Basyaruddin mengatakan pokok kajian pelarangan impor benih mengacu permintaan sejumlah perusahaan perkebunan modal asing dan prediksi bertambahnya permintaan.
"Ada beberapa perusahaan asing yang menginginkan benih dari pengembangan di negara asalnya. Ada juga kemungkinan kenaikan permintaan benih yang signifikan akibat pertambahan lahan. Nah, ini yang kita kaji," ujarnya di Pekanbaru, kemarin.
Darmansyah berada di Pekanbaru mengunjungi Pusat Pembenihan Kelapa Sawit di Perkebunan Topaz, Riau yang dikelola PT Tunggal Yunus Estate, anak usaha PT Asian Agri dari Group Raja Garuda Mas (RGM).
Menurut Darmansyah, fakta produksi benih per 2006 yang menggembirakan itu sudah cukup untuk membuat pemerintah tidak menerbitkan izin impor, setidaknya hingga awal Agustus ini.
Dalam kesempatan sama, Mukesh Sharma, Senior Research Manager United Plantations Berhad-raksasa kelapa sawit Malaysia yang April lalu membuka lahan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, mengonfirmasi pernyataan Darmansyah.
"Kami sudah mengajukan permohonan impor benih dari perusahaan induk kami di Malaysia. Jumlahnya 170.000 butir. Tapi sampai sekarang juga belum di-approve [Pemerintah RI]," katanya.
Dalam kesempatan itu, Darmansyah juga meminta agar Asian Agri dapat menggenjot produksi benih kelapa sawitnya guna mengamankan kebutuhan dalam negeri, seiring maraknya pembukaan lahan baru.
© Inacom. All Rights Reserved.