Berita Terbaru

02 Aug 2006

Harga Tinggi, Peremajaan Karet Ditunda

Harga Tinggi, Peremajaan Karet Ditunda
Karena harga karet terus membaik di pasaran internasional, peremajaan perkebunan karet rakyat di Kalimantan Selatan yang luasnya 29.500 hektar diperkirakan tertunda. Petani banyak yang urung menebang pohon karet yang sudah tua dengan alasan tanaman itu masih bisa disadap.

Siapa yang tidak tergiur. Harga karet remah (crumb rubber), ribbed smoke sheer (RSS), dan karet lateks berkisar 2,7 dollar AS hingga 2,9 dollar AS per kilogram atau lebih dari Rp 18.000 per kilogram. Dengan harga itu, petani memilih menunda menebang pohon tua milik mereka, kata Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Haryono, Selasa (1/8) di Banjarmasin.

 

Beberapa petani karet di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengungkapkan, getah pohon tua bisa untuk menambah penghasilan sekaligus membiayai peremajaan tanaman karet di masa mendatang. Biaya peremajaan cukup besar, yakni Rp 5 juta per hektar kata Sukran, petani karet di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

 

Lonjakan harga begitu menggembirakan petani karena pada tahun 2005 harganya kurang dari 1,2 dollar AS.

 

Menurut Haryono, target peremajaan tanaman karet pada periode 2006-2010 berlangsung di lahan seluas 25.000 hektar. Tahun 2020 hal itu diharapkan sudah meliputi 44.000 hektar.

 

Selain itu, juga diprogramkan perluasan kebun seluas 15.000 hektar. Pada tahun ini baru 60 persen kebun yang diremajakan dari target 2.835 hektar.

 

Pencemaran

 

Sementara itu, dalam International Workshop on Rubber Processing, Technology, and Marketing, yang diselenggarakan Dewan Penelitian dan Pengembangan Karet Internasional (IRRDB), Selasa di Palembang, diingatkan, pengolahan limbah karet sekarang ini masih menjadi masalah utama negara-negara produsen. Pembuangan limbah yang belum diolah secara optimal terus menyumbang kerusakan lingkungan. Karena itu, masalah ini harus segera diatasi.

 

Sekretaris Jenderal IRRDB Abdul Azis Kadir, asal Malaysia, menambahkan, meskipun sudah ada aturan untuk pengolahan limbah karet, masih ada pengusaha pabrik karet nakal yang tidak mengolah limbah secara baik. Bau busuk dan limbah cair adalah masalah besar dan harus diatasi dengan komitmen semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, maupun peneliti, katanya.

 

Indonesia sebagai negara produsen karet kedua di dunia telah memproduksi asap cair yang dapat mengatasi bau busuk sejak dua tahun lalu. Asap cair yang diproduksi di Sumatera Selatan itu kini mulai digunakan di Thailand dan Malaysia.

 

Sumber: Kompas

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.