Pemerintah Lakukan Sistem Waralaba

Ketua Pelaksana Harian Minyak Sawit Indonesia, DR Rosdiana Suharto, di Simalungun, Minggu, mengatakan produksi kebun kelapa sawit petani di Indonesia sangat jauh di bawah produksi kebun rakyat di Malaysia, termasuk dibadingkan dengan hasil kebun swasta dan PT Perkebunan Nusantara di dalam negeri.

Produksi dan termasuk rendemen yang rendah itu akibat petani tidak sanggup membeli bibit berkualitas yang harganya memang terus naik dengan paling murah 40 cent dolar AS.

"Untuk membantu petani mendapatkan bibit bagus, pemerintah akan menerapkan sistim waralaba antara petani dan PPKS (pusat penelitian kelapa sawit) yang merupakan penghasil benih," katanya, di sela-sela kunjungan bersama dengan anggota Dewan Kelapa Sawit Malaysia ke Pusat Penelitian Kelapa Sawit Bah Lias milik PT.PP.London Sumatra, Tbk di Kabupaten Simalungun.

Dalam sistim waralaba itu, petani sebagai penyedia lahan dan pekerja, sementara bibit disediakan oleh PPKS. Hasil tanaman kebun waralaba itu nantinya akan dibagi sesuai perjanjian yang dibuat dengan sistim saling menguntungkan.

Dengan waralaba diharapkan produksi sawit di kebun petani meningkat sehingga mempercepat proses Indonesia menjadi negara produsen utama crude palm oil (CPO) itu mengalahkan Malaysia.

Selain mendorong pecepatan Indonesia menjadi penghasil utama minyak sawit, sistim waralaba di tanaman kelapa sawit itu juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas produksi sehingga pangsa pasar ekspornya juga terjamin.

Sistim itu diharapkan menguntungkan petani, PPKS dan pemerintah lewat peningkatan produksi sawit, benih dan ekspor CPO dan produk turunannya, ujarnya.

Selain meningkatkan produksi dan mutu sawit, Rosdiana mengatakan pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk banyak bicara mengenai perkelapasawitan nasional di pasar internasional.