Gula rafinasi beredar sebagai gula konsumsi

Direktur Pemasaran PTPN XI Poerwanto menyebutkan laporan adanya peredaran gula rafinasi tersebut ada di sejumlah kota di Kalimantan, Makassar, Denpasar dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dia mendesak harusnya peredaran gula rafinasi itu segera dihentikan untuk menjaga harga gula hasil giling 2006 tidak terlalu jatuh. Apalagi masa masa giling melibatkan semua pabrik dan distributor gula secara merata sehingga alasan mengisi kekosongan pasar tidak bisa dibenarkan.

"Ini penting sekaligus untuk menjaga harga gula lokal dari hasil giling 2006 tidak terlalu anjlok," kata Poerwanto kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Adig Suwandi, Associated Corporate Secretary PTPN XI, menyebutkan harga gula lokal lelang terus merosot pada level Rp5.155 per kg dari lelang dua pekan lalu yang sempat menembus Rp5.625 per kg.

Kalau saat ini di pasar, terutama Jakarta ditemukan harga gula di tingkat konsumen ada yang melampaui HET di Jawa Rp6.000 dan Rp6.200 per kg di luar Jawa, maka hal itu yang harus dicari penyebabnya.

"Pedaganglah yang 'bermain'. Mereka memainkan biaya distribusi yang terlalu mahal, yaitu mencapai 16%."

Agus Pakpahan, Deputi Kementerian BUMN Bidang Agroindustri dan Kehutanan, Kertas dan Percetakan, menyatakan biaya distribusi gula saat ini terlalu mahal. "Idealnya hanya 8%-10%. Wajar jika ada produsen ingin harga lelang sedikit lebih dari Rp5.200."

Adig menyebutkan masuknya gula rafinasi pada saat stok menipis memang cukup efektif mengatasi gejolak harga agar tidak melambung hingga di atas HET. "Tapi, tindakan menggelontor gula rafinasi saat giling dan stok lebih dari cukup seperti sekarang justru kontraproduktif."