30 Nov -0001
Direktur PPKS Witjaksana Darmosaskoro menegaskan perkiraan itu mengacu moratorium pembukaan lahan menjadi perkebunan sawit seiring dengan permintaan negara maju seperti Uni Eropa.
"Permintaan kecambah tahun ini menurun karena pembukaan perkebunan baru diduga tidak segencar tahun-tahun sebelumnya. Kebutuhan kecambah paling utama tahun ini karena ada replanting [penanam kembali]," ujarnya, hari ini.
Menurut dia, PPKS tahun ini hanya menargetkan produksi kecambah sebanyak 30 juta butir untuk memenuhi permintaan replanting terutama yang dilakukan BUMN perkebunan dan perusahaan swasta nasional.
Dia menjelaskan PPKS Medan sepanjang tahun lalu hanya memproduksi kecambah 30 juta butir dan tahun ini pun ditargetkan hanya 30 juta butir.
"Kami sulit meningkatkan produksi karena kebutuhan secara nasional diduga tidak meningkat," tuturnya.
Sebelumnya, PT Socfindo mengusulkan kepada pemerintah menghentikan impor kecambah kelapa sawit karena pasok di dalam negeri sudah cukup atau berlebih mencapai 200 juta kecambah per tahun.
Kabag Pemasaran PT Socfindo Eko Darmawan mengakui perusahaan PMA itu saja tahun ini menargetkan produksi kecambah sebanyak 30 juta butir.
Demikian juga produksi perusahaan lain seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Untuk kebutuhan kecambah setiap tahun dengan membuka areal baru dan tanam ulang sekitar 500.000 ha sampai 600.000 ha, hanya membutuhkan kecambah antara 100 juta sampai 120 juta per tahun.
"Kalau membandingkan kebutuhan dan produksi kecambah, maka pemerintah sudah waktunya menghentikan impor kecambah dari luar negeri seperti Papua Nugini dan Amerika Latin," ujarnya.
Menurut dia, perusahaan yang menghasilkan kecambah kelapa sawit di
Oleh : Timbas Prasad, (Gapki)
© Inacom. All Rights Reserved.