12 Mar 2015
Kamis, 12 Maret 2015, 11:54 AM
Ativitas ekspor di negara yang perekonomiannya terkuat kedua di dunia, Tiongkok, tercatat masih melanjutkan lonjakannya pada bulan Februari lalu mengikuti bulan sebelumnya.
Seperti telah dilaporkan, dalam dua bulan pertama di awal tahun 2015, kinerja ekspor Tiongkok cukup meningkat terutama pada bulan Februari kemarin yang didorong oleh perayaan Tahun Baru Imlek, sementara aktivitas impornya terus menunjukkan tanda-tanda yang kian melemah.
Berdasarkan rilis data oleh Administrasi Umum Bea Cukai pada hari Minggu (8/3/2015), Tiongkok berhasil mencatat rekor surplus perdagangan sebesar $ 60.600.000.000 pada bulan lalu. Aktivitas ekspor naik 15 persen selama periode Januari-Februari dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari kenaikan di tingkat tahunan sebesar 6,1 persen di sepanjang 2014 dikarenakan meningkatnya permintaan dari pasar.
Kegiatan ekspor Tiongkok di bulan Februari melonjak 48,3 persen dari tahun sebelumnya, lonjakan ini adalah yang terkuat sejak Mei 2010 dan berhasil melampaui ekspektasi pasar sebesar 14,2 persen. Pihak Bea Cukai pun menambahkan bahwa hari Raya Imlek cukup mendongkrak lonjakan ekspor dalam 2 (dua) bulan terakhir, pasalnya eksportir lokal biasanya membuat pengiriman terkonsentrasi menjelang libur panjang Tahun Baru Imlek yang pada tahun ini jatuh pada 19 Februari.
Pada bulan Februari, ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat yang merupakan pangsa pasar ekspor terbesar Tiongkok melonjak 48,5 persen dari tahun sebelumnya namun turun sedikit dari bulan Januari. Sedangkan tingkat ekspor ke Uni Eropa yang merupakan pangsa pasar terbesar kedua Tiongkok naik 44,1 persen dari tahun sebelumnya, tetapi juga turun dari bulan sebelumnya.
Berkebalikan dengan kegiatan ekspornya, tingkat impor Tiongkok justru anjlok 20,2 persen dalam dua bulan pertama dari tahun sebelumnya, kondisi ini cukup menandakan berkurangnya permintaan domestik, sehingga sangat diharapkan pemerintah Tiongkok dapat segera mengambil langkah-langkah kebijakan yang lebih untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun saat ini surplus perdagangan terlihat cukup solid, serangkaian data yang lemah masih membayangi Tiongkok sehingga cukup memberikan tekanan terhadap mata uang negaranya. Namun para analis mengatakan bahwa jatuhnya nilai yuan terhadap dolar tidak dapat memberikan cukup banyak keuntungan kepada eksportir mengingat hal tersebut juga terjadi pada mata uang lainnya.
Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 7 persen untuk tahun ini, dimana target tersebut berada di bawah target tahun 2014 yaitu sebesar 7,5 persen. Pemerintah Tiongkok telah berencana untuk menjalankan defisit anggaran terbesarnya pada tahun 2015 karena krisis keuangan global. Bank sentral sendiri telah memangkas suku bunganya hingga dua kali sejak November tahun lalu untuk mengatasi kekhawatiran para pelaku pasar tentang risiko deflasi yang kemungkinan besar dapatr terjadi karena lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut
Stephanie Rebecca/ VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
http://vibiznews.com/2015/03/09/perdagangan-luar-negeri-tiongkok-cetak-rekor/
© Inacom. All Rights Reserved.