27 Jun 2006
Kenaikan itu juga dipicu oleh ancaman dari Iran, negara produsen minyak terbesar keempat di dunia, yang akan memotong produksinya dalam perselisihan program nuklir negara tersebut.
Harga minyak telah naik 2,2% dalam tiga sesi transaksi terakhir setelah laporan Departemen Energi Amerika Serikat yang menunjukkan kenaikan persediaan bensin di negara itu per 16 Juni lalu sebesar seperlima dari perkiraan pelaku pasar. Hal tersebut dipicu oleh adanya kenaikan permintaan.
Sementara Iran diperkirakan akan menggunakan persediaan minyaknya sebagai salah satu 'senjata andalan', jika negara itu mendapat serangan militer. Hal itu diungkapkan Menteri Perminyakan Iran Kazem Vaziri-Hamaneh.
"Kami tidak melihat adanya penurunan permintaan minyak di Amerika Serikat, tidak ada yang akan mengambil spekulasi jangka pendek, ditengah perselisihan Iran dengan PBB," kata Analis Komoditas Commonwealth Bank of Australia Ltd. Sydney Tobin Gorey.
Harga minyak untuk pengi-riman Agustus sempat mencapai US$70,77 per barel atau turun sekitar US$0,1 di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak kemarin ditutup lebih tinggi 18% jika dibandingkan harga tahun lalu. Nilai kontrak Agustus sempat ditutup di level US$70,87 per barel pada 23 Juni lalu.
Sumber: Bisnis Indonesia
© Inacom. All Rights Reserved.