Berita Terbaru

27 Jul 2006

'Kakao produksi Vietnam tak perlu dikhawatirkan'

'Kakao produksi Vietnam tak perlu dikhawatirkan'
Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan perkembangan kakao produksi petani Vietnam dalam merebut persaingan di pasar internasional, karena Vietnam kesulitan lahan produk perkebunan itu.

"Tadinya kami khawatir Vietnam akan mengancam kita. Setelah melihat langsung ke wilayah yang dikembangkan, produsen dan petani kakao Indonesia tidak usah menganggap Vietnam sebagai ancaman," kata Sekjen DPP Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang di Jakarta, kemarin.

 

Menurut dia, Vietnam membutuhkan 20 tahun untuk memiliki luas areal tanaman 100.000 hektare (ha). Pemerintah dan petani Vietnam selama ini terlihat serius dalam mengembangkan komoditas itu.

 

"Ternyata, sejauh ini, pengembangannya hanya di delta Sungai Mekong. Hanya di situ lahan yang cocok," katanya, yang pekan lalu mengikuti pertemuan Cocoa Association Asia (CAA) ke-4 di Vietnam.

 

CAA adalah wadah para pelaku swasta kakao Asia. DPP Askindo diundang dalam kapasitas sebagai salah satu asosiasi perkakaoan di Indonesia. Selain sebagai tuan rumah, Vietnam ingin menunjukkan ke negara lain sebagai pilihan produsen komoditas yang dijuluki The food of the gods.

 

Menurut Zulhefi, Vietnam mempunyai sejumlah handicap untuk menjadi produsen penting di dunia. Apalagi pengembangan kakao tidak semudah kopi, di mana Vietnam berpengalaman. Bahkan menekan harga dunia akibat over produksi.

 

Tapi, katanya, pemerintah dan petani kakao harus tetap hati-hati kendati Vietnam tidak akan seagresif ketika mengembangkan tanaman kopi. Sebagai ilustrasi, kata Zulhefi, Vietnam baru menanam kakao di lahan 5.000 ha yang dicampur tanaman lainnya dan ekspor kakao Vietnam 75 ton per tahun. "Indonesia, produsen kakao terbesar ketiga di dunia memproduksi lebih dari 400.000 ton per tahun," ujar dia.

 

Dari data Vietnam Business Forum, dikabarkan Vietnam melalui Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (Ministry of Agriculture and Rural Development/MARD), kini tengah memperluas kebun kakao dari 13.000 hektare (ha) menjadi 20.000 hektare pada 2010. Termasuk 10.000 ha lahan dengan hasil 1,5 ton per ha, guna mengamankan produksi 15.000 ton berkualitas tinggi untuk pasar ekspor.

 

Tong Khiem, Head of Agriculture Promotion Centre, melalui Vietnam Business Forum, mengatakan untuk menggapai target itu, MARD akan membangun perkebunan kakao.

 

Prioritas dilakukan di sejumlah kawasan dari 14 provinsi di Vietnam. Kendati kakao bisa ditanam di 27 provinsi, Vietnam memfokuskan di empat provinsi masing-masing Binh Phuoc, Ben Tre, Ba Ria- Vung Tau dan Binh Dinh yang akan dijadikan zone kakao. Kakao Vietnam di pasar ekspor dijual US$1,6-US$1,7 per ton.

 

Sumber: Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.