07 Nov 2016
Sabtu, 5 November 2016
BOGOR, KOMPAS.com - PT Astra Agro Lestasi Tbk (AALI) berharap permintaan pasar global terhadap produk olahan minyak sawit mentah (CPO) tetap tumbuh, tahun depan.
Direktur Keuangan AALI Rudy Chen mengatakan, saat ini AALI mengekspor produk olahan yang dihasilkan dari refinery antara lain minyak olein, stearin, serta palm fatty acid destilate (PFAD).
"Demand tahun depan sih harusnya masih cukup kuat, karena kami mengutamakan untuk makanan. Populasi penduduk kan nambah terus di setiap negara. Ya kami ikuti perkembangan itu saja," kata Rudy di Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/11/2016).
Rudy menjelaskan, satu pengolahan yang dimiliki AALI di Sulawesi Barat memiliki kapasitas produksi hingga 2.000 ton per hari. Sementara itu satu pengolahan hasil patungan dengan Kuala Lumpur Kepong Berhad (KLK) di Dumai, memberikan tambahan 1.000 ton per hari bagi AALI.
Dengan demikian, kata Rudy, total kapasitas refinery saat ini sebesar 3.000 ton per hari. Adapun pasar tujuan ekspor AALI antara lain China, India, Filipina, dan Korea Selatan.
Dalam kesempatan sama, Kepala Hubungan Investor PT Astra International Tbk (ASII) Tira Ardianti menyampaikan, saat ini permintaan global yang paling dominan datang dari China dan India.
"Jadi, kalau ada apa-apa sama China, pertumbuhan ekonomi China turun, demand CPO dari Indonesia pasti turun," ungkap Tira.
Selain dipengaruhi kondisi ekonomi, permintaan China juga dipengaruhi oleh variasi pilihan dari produk pesaing sawit, seperti minyak kedelai. Apalagi jika produk pesaing sawit ini dijual dengan harga lebih murah.
"Kalau substitusi (sawit) banyak dan lebih murah ya orang cari yang murah. Dampaknya, harga jadi susah terkerek juga," pungkas Tira.
Pendapatan kuartal-III AALI turun 7,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, meskipun ada kenaikan harga CPO 5,1 persen sembilan bulan.
Turunnya pendapatan disebabkan produksi CPO yang anjlok 18,5 persen per September (YoY).
Akan tetapi, dikarenakan mendapatkan keuntungan kurs dari apresiasi rupiah, laba bersih AALI tetap meroket 689,9 persen menjadi Rp 1,14 triliun per September 2016.
Penulis | : Estu Suryowati |
Editor | : Bambang Priyo Jatmiko |
© Inacom. All Rights Reserved.