KPBN News

Darmin: Dulu RI Eksportir Gula No.2 Dunia, Sekarang Impor

MedanBisnsi - Jakarta. Dalam sambutannya pada acara Penyerahan dan Dialog Interaktif Penguatan ISPO, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, menceritakan komoditas unggulan Indonesia dari masa ke masa.
Indonesia selalu memiliki komoditas perkebunan yang dicari-cari oleh seluruh dunia, mulai dari rempah-rempah, kopi, teh, gula, karet, sampai sawit (Crude Palm Oil/CPO). Sejak 500 tahun lalu, para pelaut Eropa menjelajahi samudra untuk mencari rempah-rempah yang berasal dari Maluku.Tapi tidak ada komoditas perkebunan yang harganya dapat terus bertahan tinggi. Rempah-rempah pun habis masa keemasannya sejak abad ke-17. Kini bukan lagi komoditas unggulan yang sangat berharga di dunia.`Indonesia dalam sejarahnya sudah pernah memiliki beberapa komoditi unggulan. Jadi 500 tahun lalu negara-negara Eropa berlomba datang ke timur mencari komoditi unggulan yang namanya rempah-rempah. Akibat dari itu, dunia dibagi oleh Portugis dan Spanyol. Kita pemilik rempah-rempah yang diburu oleh bangsa-bangsa. Tapi hari ini rempah-rempah seperti sejarah, sudah tidak jadi andalan lagi,` tutur Darmin di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (3/8).Seperti halnya dengan rempah-rempah, gula yang pernah jadi andalan ekspor Indonesia di tahun 1930-an kini juga sudah bukan primadona lagi. `Kita juga pernah jadi eksportir gula nomor dua dunia sebelum kemerdekaan. Tapi hari ini anda tahu kita impor gula berapa setahun? 3,5 juta ton,` ucap Darmin.Kini muncul kelapa sawit. Pertanyaannya, apakah sawit akan bernasib sama seperti komoditas-komoditas perkebunan lain yang pernah menjadi primadona di dunia? Kata Darmin, inilah tantangannya, bagaimana membangun sawit menjadi komoditas yang berkelanjutan.`Kita sudah silih berganti punya komoditi, akankah kelapa sawit mengikuti jalur yang sama? Tentu kita tidak ingin itu terjadi. Sawit andalan berjuta-juta orang, sama seperti karet. Tantangan buat kita, apakah kita mampu membangun perkebunan komoditi andalan yang sustainable,` cetusnya.Salah satu langkah agar sawit Indonesia bisa berkelanjutan, terus dibutuhkan dan diterima oleh pasar dunia, adalah dengan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Dengan adanya mandatori ISPO, semua perusahaan sawit di Indonesia harus memenuhi standar lingkungan, sosial, dan ekonomi.`ISPO adalah standar yang kita sepakat untuk menjadikannya sebagai standar yang kredibel, dihormati, dan diterima secara internasional. Saya sempat mendengar usulan agar legalitas ISPO ditingkatkan, saya pikir itu tepat supaya lebih mudah kita jalankan secara nasional,` pungkasnya. (dtf)
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/08/03/249299/darmin-dulu-ri-eksportir-gula-no2-dunia-sekarang-impor/#.V6GZtBJna1s